Well, bagaimanapun, aku mesti bersyukur karena mama-abah serta keluarga besar kami tetap mengakui dan menerima kakang dengan baik, walaupun kakang divonis autis. Ngga bisa ngebayangin deh, gimana jadinya kalau keluarga kami ga bisa nerima ataupun malu dengan kakang. Ya sebenernya sih kita ga tau pasti gimana yg ada dalam pikiran masing-masing, tapi yang jelas aku sangat berterima kasih kepada keluarga besarku telah memberikan support yang sangat besar untuk kami. It really worth a lot, we cannot make it without you :)
Kenapa tiba-tiba aku ngomong kayak gitu? Karena setelah blogpost sebelumnya yang bercerita tentang tempat terapi kakang itu, aku jadi ingat dengan suatu kejadian yang menurutku itu ngga berperi kemanusiaan sama sekali. Waktu itu aku lagi nunggu di luar gedung terapi, main-main sama suster dan supir di mobil. Ngga jauh dari parkiran mobil kami, ada anak yang sedang menangis kencang, ngga tahu menangisnya kenapa, tapi anak itu adalah salah satu anak yang diterapi di tempat yang sama. Kemudian salah satu orang yang menjaganya, sepertinya susternya (asumsiku sih, karena kupikir kalau orang-tuanya ga mungkin akan setega itu) menarik tangan anak itu dan memasukan anak itu ke bagasi mobil. Ya, bagasi mobil. Yang sempit gelap dan ga ada ventilasi itu. Luar biasa.. Aku sampai speechless.. (walaupun saat masih kecil itu aku belum kenal sama yang namanya istilah speechless sih..)
Intinya sih.. sebisa mungkin, kita sebagai keluarga dari anak-anak autis itu jangan malu dengan keberadaan mereka. Jangan karena mereka anak autis, kita tidak mau mengakui mereka dan menyembunyikannya dari komunitas masyarakat. Jangan salah, ada loh kasus-kasus begitu.. Memang berat sih, apalagi dengan kelakuan mereka yang unpredictable dan terkadang memang tidak seperti anak-anak normal lainnya. Aku juga ga munafik sih, kadang-kadang juga aku ngerasa malu (dan kesal) dengan tatapan orang-orang yang memandang aneh dan juga bisik-bisik orang ketika kakang lagi kambuh autisnya dan tiba-tiba lari-larian di tempat umum seperti di supermarket atau dimana saja. Tapi ya trus aku pikir, manusiawi kali ya kalau orang yang tidak biasa berhubungan dengan anak autis atau berkebutuhan khusus lainnya lalu tiba-tiba melihat kejadian seperti itu. Haha..
But still, i can say i proudly and loudly:
Yes, I have brother, he is autism and I love him :)
No comments:
Post a Comment