Sekarang kakang sudah kuliah tingkat 1. Kuliahnya ada 2, yang satu ambil di PNJ (Poltek UI) dan yang satu kuliah di suatu institusi Bogor. Jadwalnya pagi hari sampai siang di PNJ, sore sampai malam di Bogor.
Kenapa ambil dua kuliah?
Awalnya sih kakang memang hanya mendaftar di PNJ saja. Waktu itu aku juga nganterin pas pertama kali masa ospek, ya karena memang kakang masuk dalam kelas anak berkebutuhan khusus makanya orang tua atau pendamping boleh mengantarkan sampai ke dalam kampus. Sepertinya itu juga pertama kalinya aku berkumpul sama orang tua-orang tua anak berkebutuhan lainnya (tidak hanya autisme, tapi juga ada tuna-tuna lainnya dan epilepsi) dan ternyata hubungan orang tua tersebut cukup solid walaupun kami baru bertemu pada saat itu. Karena kami tahu (dan terbiasa) dengan keadaan mereka, jadi kami masing2 jadi saling mengerti dan membantu satu sama lain akan kebutuhan anak-anak satu sama lain.
Tetapi setelah beberapa bulan kuliah disana, kakang tidak betah. Ya, mungkin karena kakang terbiasa bersekolah dengan anak-anak yang normal dan tidak dibedakan kelasnya dengan anak-anak normal tersebut, namun di PNJ ini anak-anak berkebutuhan khusus tersebut dipisahkan mata kuliah dan kelasnya dengan anak-anak normal. Sedangkan di Bogor, persis seperti di smp dan smanya, kakang kuliah bareng dengan anak lainnya namun ditemani oleh guru pendamping.
Pernah aku tanya ke kakang, 'Kang, ga capek kuliah malem-malem?'
Dia jawab dengan tegas, 'Tidak, kakang mau kuliah di bogor!'
Di lain waktu pernah juga kakang ngambek dan bilang 'Kakang ngga mau kuliah di PNJ. Kakang bukan Autis!'
So i guess deep down in his heart, dia ngga mau dibedakan dengan anak-anak normal lainnya. Dia tahu dia autis, tapi ga mau diperlakukan sebagai anak autis. Dia merasa dia mampu kok untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya, dan saya yakin dia memang mampu.
Mungkin itu juga yang dirasakan anak-anak autis lainnya, ya :)
No comments:
Post a Comment