Di dunia ini, ada lebih dari 7000 bahasa yang digunakan oleh lebih dari 7 miliar orang di muka bumi. Kebayang kan, banyak banget. Ga usah jauh-jauh, di Pulau Jawa ini aja ada banyak bahasa, misal bahasa sunda, bahasa jawa, bahasa betawi.. Bahasa sunda juga ada bahasa sunda halus dan bahasa sunda yang digunakan sehari-hari, bahasa jawa juga begitu. Belum lagi dialek yang digunakan yang mungkin membuat kata yang sama menjadi berbeda pengucapannya. Ya Allah, meni rieut! (hayoo.. yang bukan sunda ngerti ga ama kalimat ini? hihihi)
Bahkan nama negara dalam bahasa aslinya dan yang disebutkan di negara lain berbeda. Contoh: England jadi Inggris dalam bahasa Indonesia. sumber |
Ada 10 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia: Bahasa Inggris, Mandarin, Hindi, (yhaa jelas aja, populasi tionghoa dan india salah satu yang paling banyak didunia) dannn singkat kata, peringkat ke 10 ternyata diduduki oleh bahasa Indonesia! Alhamdulillah ya udah jadi native speaker bahasa Indonesia jadi ga perlu belajar lagi.. π
Mempelajari suatu bahasa ternyata mempunyai manfaat yang banyak, yaitu: meningkatan memori atau daya ingat, membuat otak bertumbuh, meningkatkan kecerdasan non verbal, meningkatkan rentang fokus, dan masih banyak lainnya. Jadi, ga ada rugi nya untuk pelajari bahasa lain selain bahasa Ibu kita sendiri.
Cita-cita dulu
Sewaktu masih young, wild and free (baca: pas sma dan kuliah) aku selalu tertarik dengan bahasa dan punya cita-cita untuk menguasai 5 bahasa.
Alasannya? Ya biar keren aja gitu di CV. hahaha. Alasannya ga penting, yah? π Ga deng.. alasannya adalah supaya kalau nonton film atau drama bisa ngerti kalau ga pakai subtitle text nya. Huehehehe. Alasan utama nya sih supaya bisa berkomunikasi dengan orang lain di luar negeri.. Maklum, dulu masih bercita-cita buat bisa hidup sekolah dan belajar di luar negeri π
Bahasa yang pernah aku pelajari selama ini: Bahasa Inggris (jelas.. kan jadi pelajaran wajib juga kalau dulu mah), Bahasa Jepang, Korea, Italia, Arab, Jerman.. Walaupun belajarnya ga sampai selesai dalam artian bisa cas cis cus dalam bahasa-bahasa tersebut, tapi lumayan lah masih bisa tahu kalimat sehari-hari dan bisa membedakan atau mengenali kalau ada orang-orang yang bicara dalam bahasa tersebut, terutama bahasa Korea yang sekarang dipakai sehari-hari (nonton drama atau variety show Korea tiap hari, maksudnya)
Belajar bahasa waktu dulu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum ada aplikasi-aplikasi yang free untuk belajar bahasa seperti yang tersedia sekarang dan juga belum populer youtube yang mengajarkan tentang bahasa tertentu. Untuk mempelajarinya, kita harus datang ke tempat kursus atau pelajari sendiri dari buku yang dijual di toko buku.
Untungnya, untuk mahasiswa, ada UPT Bahasa di ITB yang menyediakan kursus-kursus bahasa dengan harga yang terjangkau. Salah satu kursus yang saya ambil di UPT adalah kursus bahasa Italia, dengan pengajar yang native (orang Italia asli). Sayangnya, kursusnya harus berhenti di level 2 karena pengajarnya harus pulang karena bermasalah dengan visa nya, hiks. Sekarang, sepertinya di UPT juga masih tersedia kursus namun belum tahu kebijakannya selama pandemi bagaimana.
bukan, ini mah bukan yang ngajar di upt itu. minjem pp fb nya paksu waktu di itali. naha yah kalau kita yang foto estetiqueee, kalo kebalikan mah suka ngeblur (curcol :p) |
Di Salman juga dulu menyediakan kursus bahasa Arab. Cuma bertahan 1 level di Salman karena ketinggalan jauuuuhhh banget sama teman-teman sekelas yang rata-rata dari Unisba dan tentunya sudah familiar dengan kosa kata Arab :')
Ohiya, kita juga bisa pelajari bahasa asing di lembaga kedutaan. Seperti waktu belajar bahasa Jerman di Goethe Institute Bandung di jalan Riau. Belajar bahasa Jerman di Goethe cukup menyenangkan dan terstruktur, saya menghabiskan 2 level disana. Kalau di Bandung, bisa juga belajar bahasa Prancis di IFI bandung, letaknya di depan BEC.
Untuk bahasa Korea (dulu Kpop belum se-booming sekarang, dan kursus bahasa korea masih jarang banget), kebetulan dulu menemukan Homey Korean Languange Club dan ini sangat-sangat terjangkauuu karena bayar pendaftaran aja. HKLCC diinisiasi oleh Park Seonsaengnim, dan seperti club lainnya, yang mengajar adalah senior-senior yang sebelumnya sudah belajar di HKLCC. Tempatnya sendiri waktu itu menggunakan SMP di sadang serang (lupa smp berapa). Aku rekomen ini sih untuk anak2 smp sma atau kuliahan di Bandung, hehe
Cita-cita NOW
Tentuuu dong cita-cita buat bisa berbagai macam bahasa belum menguap walaupun sudah beranak 2. Walau tipis kemungkinan buat studi diluar negeri, tapi tetapp alesan no 2 yang diatas tadi bisa digunakan. Kali-kali aja gitu nanti bisa ngobrol sama Kim Seon Ho π
μλ νμΈμ, μ€λΉ |
Beberapa bulan lalu, sempat merefresh pelajaran bahasa korea dan surprised, di youtube banyak sekali yang mengajar tentang bahasa korea! Salah satu youtube yang kuikuti adalah youtubenya Bandung Oppa , menurutku lumayan terstruktur. Dan cari aja worksheet untuk Hangul (huruf korea) supaya kita terbiasa dengan alfabet korea, banyaaak di google. Huruf jepang (katakana dan hiragana) juga banyak ditemukan di google. Aplikasi-aplikasi seperti duolingo, babel dll untuk mempelajari bahasa asing pun banyak bertebaran di app atau play store. Masya Allah ya kecanggihan teknologi dan juga perks of pandemic kayaknya, dimana hampir semua orang belajar di rumah aja jadi banyak yang menyediakan pengajaran berbasis online.
Ada satu bahasa baru lagi yang belakangan ingin kupelajari. Yaitu.. bahasa isyarat!
Berawal dari pemesanan g*jek dan qadarallah beberapa kali mendapat driver yang tuna rungu atau wicara sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat ketika mengambil pesanan di rumahku. Tentu aku ga bisa membalas bahasa isyarat mereka dan akhirnya aku buka masker supaya mereka dapat membaca gerakan bibir atau menulis di notes. Btw aku sangat mengapresiasi ini sih karena mungkin teman-teman disabilitas agak kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai, ya.
Alfabet dalam bahasa isyarat Indonesia sumber |
Di Indonesia sendiri, ada ratusan ribu penyandang tuna wicara dan tuna rungu. Ada dua bahasa isyarat di bahasa Indonesia yaitu SIBI dan BISINDO (lihat perbedaanya di tempo). Di dunia sendiri, belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan, karena setiap negara mempunyai bahasa isyarat yang unik jenisnya, misal American Sign Languange (ASL) atau British Sign Language yang berbeda.
Untuk awal, kita bisa melihat yotube untuk mempelajari atau membiasakan diri dengan kata-kata dasar seperti terima kasih, maaf, dan sebagainya dalam bahasa isyarat. Kita bisa langsung mencari dengan kata kunci bahasa isyarat atau sign language misalnya di video ini. Bisa juga lewat PUSBISINDO, namun sayangnya aku sepertinya belum bisa berkomitmen kalau ikut kursus, jadi hanya bisa pelajari lewat youtube saja.
Duh, gara-gara Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog jadi semangat lagi nih untuk mengejar lagi cita-cita buat pelajari bahasa-bahasa yang baru. Yuk ah mah semangattt belajar yuk! π
Teh Aity sudah pernah nonton J-dorama Orange Days? Drama Jepang rlisan lama siih... Tapi bagus itu. Sambil belajar bahasa Jepang, sambil belajar bahasa isyaratnya juga. Sekali merengkuh dayung, 2-3 pulau terlampaui kaaan...? ;)
ReplyDeleteBaru tahu loh Bahasa Indonesia itu masuk 10 besar bahasa yang paling banyak dipakai orang. Lumayan juga kita sudah bisa bahasa ini dari lahir. Kan susah Bahasa Indonesia itu.
ReplyDeletekeren banget ini teh Aity bisa 5 bahasa. anakku ada kepingin juga itu belajar bahasa korea, secara di pondok dapatnya bahasa arab dan inggris. coba nanti kalau liburan bisa search bandung oppa. hanupis ya teh ...
ReplyDeleteAaah Teteh sama kaya aku kepengen belajar bahasa ini itu haha. Tapi kalau aku mah engga pernah bener2 les. Paling les Korea, lumayan udah kenalan sama Hangul hehe
ReplyDeleteMamah Aiti, mantabbb semangat belajar berbagai bahasanya. Patut ditiru niy Mah. :)
ReplyDeleteSaya termasuk yang belajar bahasa dengan app Duolingo juga, Teh Aiti. Terimakasih sangat dengan founder-nya, hanya Tuhan yang bisa membalas jasa mereka.
Oiya, Teh Aiti, saya kok jadi malu sendiri ahahaha, hampir saja saya merasa lega karena ada yang sama. Yang bagian "biar tampak keren di CV", wkwkwk. Saya dulu juga berpikiran begitu.
Eh tahunya Teh Aiti hanya bercanda saja ya. Brati saya doang yang kepikiran gitu. *malu dot com