Sepertinya sudah lama dari terakhir kali mengisi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog ya, ga terasa sudah hampir 3 bulan (2 bulan ga ada tantangan bulanan, plus yang februari ini sudah mepet deadline akhir bulan huehehe).. Rules tantangan bulanan tahun 2023 ini pun lebih seru, dan lebih banyak melibatkan para mamah blogger sekalian dari mulai tema sampai untuk reminder mamah yang lain juga.
Berbicara tentang tema bulan ini yaitu 'Buku bacaan yang berpengaruh', salah satu buku yang terpikir adalah buku Tuesday with Morrie, ditulis oleh Mitch Albom. Buku ini kubaca sekitar tahun 2007 lalu, dan mungkin merupakan buku bergenre self-help pertamaku yang sedikit banyak mengubah kepribadian dan pandanganku tentang hidup. Sebelum tahu bahwa ternyata buku ini adalah bestseller dan banyak tokoh yang juga memfavoritkan dan merekomendasikan buku ini, aku membeli buku ini berdasarkan 'feeling'. Haha. Aneh memang, terkadang aku memilih buku di toko buku berdasarkan feeling dan/atau cover (walaupun ada istilah don't judge the book by it's cover ya, hehe)
Buku Tuesday with Morrie, atau diterjemahkan sebagai Selasa bersama Morrie, mengisahkan tentang kisah dan pemikiran dari seorang Morrie Schwartz, seorang professor dari Brandeis University di Massachusetts. Morrie, yang didiagnosa terkena penyakit ALS atau Lou Gehring, menghabiskan setiap hari selasa bersama dengan mantan muridnya yaitu Mitch, untuk mengerjakan yang mereka sebut sebagai 'Tugas Akhir'. Berlangsung selama empat belas pekan dengan membahas pelajaran atau 'kuliah' yang berbeda setiap pekannya. Dan dari masing-masing pekan tersebut, selalu ada sesuatu yang dapat diresapi oleh para 'pengambil mata kuliah' atau penulis (dan juga para pembaca) buku ini.
Morrie Schwartz. sumber: disini. |
Salah satunya, buku ini mengajarkan bagaimana melihat sesuatu (bahkan yang tidak menyenangkan sekalipun) dari perspektif yang berbeda. Bagaimana menerima ketidakberdayaan, keputusasaan, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat. Terlihat dari alur cerita yang menggambarkan secara detail perubahan (atau lebih tepatnya, kemerosotan kondisi) yang dialami oleh Morrie dari mulai awal sakit sampai akhirnya. Namun alih-alih meratapi kondisinya, Morrie memilih untuk melakukan sesuatu -berbagi pikiran dengan Mitch setiap selasa- sebagai cara untuk tetap 'hidup'.
Di lain pekan, buku ini juga menyadarkan untuk kita berdiam diri sebentar dari kehidupan yang serba sibuk, serba cepat. Melihat sekitar, menikmati keheningan sejenak. Dan juga bertanya pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak pernah kita ajukan untuk diri kita, agar kita dapat lebih mengenal diri kita sendiri, lebih tahu apa yang sebenarnya kita mau atau kita butuhkan.
Morrie juga mengajarkan bagaimana untuk menerima semua emosi -marah, sedih, iri, putus asa, dan lainnya- dan melepaskannya. Di sisi lain, kehangatan dari Morrie kepada semua yang dikenalnya begitu terasa dalam buku ini,sehingga rasanya semua orang tidak akan canggung dalam mengekpresikan rasa sayang kepada Morrie karena sikapnya yang begitu terbuka.
Ada berbagai topik yang dibicarakan oleh Morrie dan Mitch antara lain tentang dunia, tentang kematian, tentang keluarga, tentang emosi, tentang menua, tentang uang, tentang cinta, tentang perkawinan, tentang budaya, tentang maaf, tentang hari baik, dan yang terakhir adalah tentang kata perpisahan.
Salah satu kutipan yang paling kusukai dari ucapan Morrie adalah:
'Ingat yang pernah kukatakan tentang mencari makna hidup? Aku telah mencatatnya, maka aku akan mengulangnya sekarang: Abadikan dirimu untuk mencintai sesama, abadikan dirimu kepada masyarakat sekitar, dan abadikan dirimu untuk menciptakan sesuatu yang mempunyai tujuan dan makna bagimu'
-dari Tuesday with Morrie, hal 134.
Hampir semua kisah yang diceritakan di buku ini berisikan pelajaran dalam hidup, sesuai dengan judul bukunya yaitu 'Pelajaran tentang Makna Hidup'. Namun buku ini juga tidak terlalu 'berat' dan juga tidak terkesan menggurui, sehingga amat nyaman dalam membaca buku ini sembari memetik pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalamnya.
Aku merekomendasikan buku ini untuk siapapun. Ada banyak hal yang bisa diambil dari buku ini dan karena buku ini berdasarkan dari kisah nyata dari seorang professor psikologi yang tentunya telah mempunyai banyak pengalaman dalam hidup, hal tersebut bisa kita aplikasikan secara nyata. Buku ini bukan hanya sekedar buku 'self help' atau pengembangan diri, buku ini adalah pelajaran tentang makna hidup. :)
wah ... aku suka nih: bagaimana melihat sesuatu (bahkan yang tidak menyenangkan sekalipun) dari perspektif yang berbeda.
ReplyDeletekeren teh Aity reviewnya
salam semangat
Terima kasih teh Dewi :)
Deletesemangat juga teh :)
Aku pun sangat suka buku ini Aity. Sweet banget untuk seorang yang tengah sakit parah mau berbagi tentang hidup dengan orang lain.
ReplyDeleteHal lain yang bikin aku terkesan dari buku ini adalah bagaimana Pak Morrie itu dirawat oleh seorang perawat dan bukan hanya oleh keluarganya saja. Itu memungkinkan keluarganya tetap bisa punya waktu berkualitas untuk menikmati kebersamaan mereka sebagai keluarga. Banyak kasus keluarga sudah begitu kelelahan untuk mengurus anggota keluarga yang sakit, sehingga tidak punya cukup waktu untuk bisa benar-benar bisa bicara dari hati ke hati dengan si sakit.
iya betul teh Shanty, beliau ingin agar keluarganya tetap mempunyai kehidupan. Sesuatu yang menurut saya perlu berbesar hati bagi kedua pihak (Morrie dan keluarganya) :)
DeleteMamah Aiti, terima kasih ya sudah mengulas buku "Tuesday with Morrie". Ku langsung jatuh cinta.
ReplyDeleteSemangat beliau menjalani hidup di dalam sakitnya, setingkat dengan Bapak Stockdale (pilot Amerika yang ditawan Vietnam bertahun-tahun) dan juga Bapak Victor Frankl (orang Yahudi yang ditahan di kamp Nazi).
Kebetulan sedang fokus mendalami ilmu stoiikisme, jadi sepertinya buku ini wajib saya baca segera.
Ah iya, sepertinya saya pernah membaca sekilas tentang kisah hidup Stockdale.
DeleteBicara ttg stoiikisme, memang menarik ya Mah Uril. Saya sedang membaca (baru awal sih) buku Filosofi Teras, yang mengambil arti dari stoa (teras). Rada telat ya, padahal sudah bestseller dari bertahun-tahun lalu tapi saya baru membacanya sekarang hehe
"menyadarkan untuk kita berdiam diri sebentar dari kehidupan yang serba sibuk, serba cepat. Melihat sekitar, menikmati keheningan sejenak."
ReplyDeleteIya banget. Kadang ya capek sendiri ketika setiap hari menjalani hari serba terburu-buru
betul teh :) apalagi dengan rutinitas yang padat ya, tiba-tiba hari sudah berganti lagi hehe
ReplyDelete