Saturday, August 6, 2022

Gaudeamus Igitur

Hari wisuda yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa merupakan hari yang penuh dengan keriaan, kegembiraan, rasa syukur, rasa bangga, dan beragam perasaan lainnya. Satu hari yang jadi 'goal' dan tak jarang juga menjadi mimpi bagi anak -sang mahasiswa- dan orang tuanya, layak untuk diperjuangkan selama bertahun-tahun dengan penuh peluh, biaya, maupun tangisan. 

Saat itu aku masih SMA. Pertama kalinya masuk ke dalam gedung Sabuga yang megah, lengkap dengan kerumunan orang-orang di luar yang pada akhirnya ku tahu mereka adalah mahasiswa anak himpunan yang akan mengarak-arak para wisudawan, juga para penjual bunga, balon, makanan dan minuman. Sangat meriah, pikirku waktu akan memasuki ruangan dalam Sabuga. 
Hari itu aku datang untuk menghadiri wisuda magister Abah di Teknik Geologi. Kebetulan Kakekku adalah Guru Besar di prodi tersebut, jadi kami dapat undangan untuk duduk di kursi VIP yang letaknya persis di depan podium. 

Acara pun dimulai. Wajah-wajah para wisudawan dan wisudawati dengan toga berwana dongker dan beludru hitam terlihat begitu sumringah. Kami berdiri ketika Rektor dan jajarannya memasuki area ruangan wisuda. Bapak Rektor dan jajaran menggunakan toga Guru Besar lengkap dengan topi dan juga kalung medali dan berjalan gagah ke podium wisuda. Lagu Mars ITB pun membahana setelah tongkat mayoret diketuk dan mengiringi langkah para petinggi ITB tersebut. Tak terasa, rasanya seperti nafas ini tertahan kagum melihat Beliau-beliau yang terhormat ini. 

Melewati prosesi wisuda yang awalnya kupikir di rumah itu sangat menegangkan, namun ternyata begitu khidmat dan juga penuh haru. Iringan lagu-lagu dari Paduan Suara Mahasiswa PSM ITB dan Angklung KPA ITB menambah kekhusyukan acara. Deretan mahasiswa berjajar menunggu giliran untuk bersalaman dengan Rektor dengan gugup. Nama demi nama pun dipanggil, dan bila tersemat predikat Cum Laude, Sabuga pun bergema dengan tepuk tangan. Terkadang Sabuga pun berisikan tawa ketika Bapak Wakil rektor membacakan kesan pesan dari para wisudawan/wati. Lagu persembahan wisudawan di sela-sela acara bersalaman juga membuat suasana Sabuga menjadi hangat dan mencair.

Aku begitu jatuh cinta pada suasana wisuda ITB di gedung Sabuga.
Dan saat itu, aku harap suatu saat aku bisa menjadi bagian dari wisudawan wisudawati yang lulus dari Kampus Ganesha.  

sumber foto


Karena waktu itu kami duduk di kursi urutan depan, kami bisa lihat dengan jelas ketika giliran Abah bersalaman dengan Rektor, Dekan, dan Kaprodi yang kebetulan waktu itu adalah Dosen pembimbingnya yang merupakan teman dari kecilnya. Dosen pembimbingnya itu kemudian menjadi salah satu promotorku, pada akhirnya :)

Abah (berjas hitam kemeja putih tanpa dasi) dan dosen pembimbingnya sekaligus promotorku, Pak Mino (Prof. Benyamin Sapiie) berdiri di sebelahnya menggunakan dasi berwarna biru muda.

Alhamdulillah, selepas SMA aku diterima di Kampus Gajah ini. Pada masa OSKM, aku memilih menjadi bagian dari paduan suara untuk upacara 17 agustus karena aku begitu terpukau dengan PSM ITB pada saat menghadiri wisuda Abah dulu. Dan kegiatan PSM ku ini terus berlanjut sampai menjadi bagian dari unit ini dan beberapa kali bertugas pada acara wisuda. Setiap kali, rasa kagum akan prosesi wisuda selalu terasa. Apalagi ketika menyanyikan lagu Mars ITB untuk memulai prosesi, rasanya bulu kudukku merinding:

'Derapkan langkah, tatap ke depan
ITB citra Ganesha..'  

Ketika sudah menjadi anak himpunan, akhirnya aku merasakan bagian wisuda dari sisi lain, yaitu arak-arakan. Seru, meriah, dan tentunya jadi momen yang tak terlupakan baik oleh para wisudawan maupun bagi kami yang menyiapkannya. 

Pak satpam yang was-was dan siap bubarin kalau ada yang berantem pas arak-arakan :D 


Yang pasti, setiap acara wisuda baik ketika bertugas di PSM maupun di Terra, memberiku semangat dan motivasi untuk menyelesaikan studiku agar aku dapat merasakan prosesi wisuda untukku sendiri. 

Setelah hampir tak pernah absen dalam acara wisuda, akhirnya pada Oktober 2009. I made it come true :) Alhamdulillah. 


Terra 2005 💓


Gaudeamus igitur (Mari kita bersenang-senang)
Iuvenes dum sumus (Selagi masih muda)
Gaudeamus igitur (Mari kita bersenang-senang)
Iuvenes dum sumus (Selagi masih muda)
Post jucundam juventutem (Setelah masa muda yang penuh keceriaan)
Post molestam senectutem (Setelah masa tua yang penuh kesukaran)
Nos habebit humus (Tanah akan menguasai kita)

Vivat Academia (Panjang umur akademi)
Vivant Professores (Panjang umur para pengajar)
Vivat Academia (Panjang umur akademi)
Vivant Professores (Panjang umur para pengajar)
Vivat membrum quodlibet (Panjang umur setiap pelajar)
Vivant membra quaelibet (Panjang umur seluruh pelajar)
Semper sint in flore (Semoga mereka terus tumbuh berkembang)
Semper sint in flore (Semoga mereka terus tumbuh berkembang)

*****

Tulisan ini dibuat untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2022. Dengan tema umum 'Cerita Cinta', kutuliskan sepenggal kisah cintaku kepada Institut kita tercinta ini. :)





    

14 comments:

  1. Terharu ... teh Aity keren ini artikelnya

    ReplyDelete
  2. Wow.. merinding masya Allah.. jadi kangen kampus :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Samaa teh, pas nulis jd kangen kampus juga :')

      Delete
  3. Baru tahu arti dari lagu gaudeamus itu. Terdengar megah ketika dinyanyikan paduan suara (yang dulu hampir saya ikuti, tapi nggak jadi. Hihiii...)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehee teh diah kenapa ga jadiii? Seru loh tehh psm hehee

      Delete
  4. Waaah teh, ternyata cinta pada kampus gajah ini sudah ada sejak jaman ayahanda ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya teeh.. dari kecil sudah dikenalin itb krn kebetulan kakek dosen disana hehee.. tp kl masih kecil mah seringnya cuma naik kuda di jalan ganesha aja hehehehe

      Delete
  5. Aku sempet loh ikutan PSM sebentar, ikut nyanyi pas acara penyambutan angkatanku, tapi malah minder dengan orang-orangnya yang suaranya bagus-bagus dibandingkan suaraku yang pas-pasan. Akhirnya nggak pernah datang lagi ke unit. Merinding emang pas dengar lagu Mars ITB maupun Gaudeamus Igitur. Padahal ya, baru setelah membaca tulisan ini aku tau apa arti lagunya, hehehe...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tehhh aku juga pas pas an banget lah haha mana buta nada ga bisa baca not balok 🤣🤣

      Delete
  6. Senangnya.... waktu saya wisuda tahun 95 masih di GSG. Sabuga masih dalam proses dibangun. Sampai sekarang belum pernah ke Sabuga... tentunya lebih bagus dan lebih megah dari GSG ya.
    👍

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah cita-cita masa kecil Teh Aiti untuk bisa menjadi bagian dari ITB, tercapai ya. :)

    Cerita cinta yang ditulis oleh Mamah Aiti paling beda dan unik, bukan antara dua insan melainkan kecintaan pada kampus ITB tercinta. Kerasa majestic-nya pasti ya Teh saat acara wisuda diiringi lagu Mars ITB dan Gaudeamus Igitur.

    ReplyDelete
  8. Ck ck jatuh cinta sama kampus sejak lama ya teh. Suasana Sabuga waktu wisudaan memang megah banget :)

    ReplyDelete
  9. Oalah.... itu to artinya lagu wisudaan ini. Bagus ya artinya. Makasih sudah berbagi Aiti.

    ReplyDelete