Sunday, June 30, 2013

Senja di Selat Sunda

Sore ini, aku ada di tengah lautan.
Dikelilingi ombak, dan dipayungi gumpalan awan.
Aku ada di kapal yang membawaku kembali ke daratan. Pulang.
Dua hari yang penuh petualangan dan beragam pengalaman baru.
Tuhan, terima kasih telah menciptakan alam yang indah ini.
Izinkan aku untuk kembali menjelajahi ciptaanMu dengan orang terkasihku, di lain waktu :)

Thursday, June 27, 2013

Selamat malam :)

Do you realize?

Kalau malam ini kamu masih bisa tidur di tempat tidur yang nyaman, dengan balutan selimut yang hangat dan bantal yang menyangga kepalamu, itu sudah merupakan suatu nikmat?

Mungkin kebiasaan kita sehari-hari seperti tidur ini membuat kita lupa bahwa ini pun merupakan salah satu dari kebaikan Tuhan untukmu.

Masih banyak saudara-saudara kita yang tidak punya tempat tidur nyaman dan selimut untuk menahan dingin. Masih ada seorang bapak yang hanya bisa duduk di trotoar sambil menggendong anaknya yang tidur untuk beristirahat, karena ia tidak punya rumah untuk pulang.

Bersyukurlah.
Nikmatilah tidurmu setiap malam, bukan hanya sebagai rutinitas, tapi sebagai berkah dariNya.

Selamat malam, universe.
Selamat beristirahat :)

Monday, June 24, 2013

Ashamed

I should to feel ashamed.
You should to feel ashamed.

Why?

Pertanyaan diatas gw tunjukkan buat gw dan orang2 lainnya yg kadang2 masih ngerasa kurang ini dan itu, dan kurang bersyukur atas apa yg kita punya.

Why?

Karena gw, masih bisa nulis blogpost ini. Dan karena kalian, masih punya waktu untuk baca blogpost ini.

Why?

Karena disaat kita bisa santai internetan seperti ini, masih banyak orang2 yang bahkan butuh waktu lebih dari 24jam sehari untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.

Kadang-kadang, kita suka mengeluh karena kita ga suka dengan pekerjaan kita. Atau mungkin kita mengeluh krn kita bosan atau capek dengan pekerjaan kita. Tapi coba kita diam sejenak, dan kita lihat sekeliling kita. Bayangkan, betapa beruntungnya kita dibanding dengan banyaknya orang disini, yang banyak menggunakan tenaga dengan penuh peluh untuk mendapatkan mungkin hanya seberapa persen dari gaji yg kita dapatkan sekarang.

Contohnya bapak-bapak porter di stasiun bandung ini. Kita semua tahu bahwa industri kereta api tidak seramai dulu, apalagi banyak penerbangan lowcost yang harganya tidak jauh beda atau bahkan lebih murah dr harga tiket kereta. Dan juga, tidak semua penumpang memerlukan jasa porter tersebut. Bayangkan, hanya berapa ribu yang bisa mereka dapatkan dalam sehari. Bahkan untuk minum kopi pun, gw lihat mereka berbagi dalam satu gelas plastik kopi seduh.

Gw malu.
Mungkin kalian juga malu.

Mungkin cerita ini bisa jadi pengingat dan juga cambuk bagi kita semua saat kita ngerasa down sama pekerjaan kita. Ingat, masih banyak yang kurang beruntung dibandingkan kita. Berusahalah sedikit lagi! Semangat!

Friday, June 21, 2013

Kereta senja ini

Senja ini, aku melaju
Ke tempatku kembali pulang
Kunaiki kembali transportasi peninggalan zaman kompeni
Kuingat masa lalu, masa kecilku

Sore ini, aku duduk di gerbong restorasi
Mencoba menikmati matahari senja dari balik jendela kaca
Bersatu dengan hijaunya sawah dan pepohonan
Dan jalanan panjang itu di kejauhan
Bergurau dan bercengkrama dengan teman seperjalanan

Sore ini, aku berhasil menaiki kembali memoriku :)

Thursday, June 20, 2013

Senja hari ini

Bagiku, senja adalah saat terbaik dalam bagian hari.
Bukan pagi, siang, ataupun malam.
Pagi hari, ketika semua pekerjaan menuntut untuk diselesaikan.
Siang hari, ketika mentari tropis siap untuk membakar kulitmu.
Malam hari, langit begitu gelap. Aku tak suka gelap.
Walaupun, selain itu semua, masih banyak hal menyenangkan yang tersembunyi.

Tapi sore itu berbeda.
Ketika hampir semua pekerjaan telah terselesaikan.
Ketika mentari senja memancarkan wajah keemasannya.
Ketika cahaya hangat, namun tak menyilaukan.

Senja ini, sore ini.
:)

.



because inside the water, tears can be fused..

Tuesday, June 18, 2013

naik harga bbm? (5)

dikutip dari http://suamigila.com/2012/04/01/pencabutan-subsidi-bbm/,
nice point of view dari salah satu pekerja di industri nyata.

*****


Efek dari Harga Minyak Bumi
Jika ada anggota DPR di luar sana, atau orang yang merasa cukup pintar untuk menghitung bahwa kenaikan harga minyak bumi tidak perlu berimbas pada kenaikan BBM, maka gue ingin mengajak semua orang ini untuk bekerja di industry transportasi.

Dua belas hari lagi dari sekarang gue akan sudah bekerja 11 tahun di perusahaan transportasi kapal laut terbesar di dunia. Di tahun 2008, gue dibangunkan dari tidur dan dihadapkan pada 1 realitas. Ketika harga minyak bumi naik dari $80 ke $100 per barrel, harga bunker kita (bunker = bensin untuk kapal laut) naik juga. Naik ke tahap di mana kami mulai mecat-mecatin orang. Antara 2008-2009, gue mengalami 3 kali perampingan perusahaan. Itu sebabnya gue gak pernah nulis lagi. Gue terlalu sibuk mengejar karir dan mencoba survive (Alhamdulillah sekarang surviving). Apakah gue menyalahkan company gue atas hal ini? Tidak. Company gue hanya berusaha bertahan hidup melawan kenaikan bunker price yang terjadi karena naiknya oil price ini.

Apakah ini terjadi hanya di perusahaan gue? Tidak. Industri transportasi penerbangan terkena lebih parah. Pertama mereka melakukan perampingan. Jutaan orang worldwide dari industry penerbangan kena PHK. Mereka yang survive tidak diPHK, harus mendapatkan potongan gaji 10-25%. Company gue yang mana adalah industry transportasi laut, tidak separah itu. Kita masih naik gaji. Kita masih dapet bonus. I am so very lucky.

Separah itulah dan selangsung itulah, efek kenaikan harga minyak bumi kepada hajat hidup orang banyak. Jadi kalo ada manusia yang ngerasa cukup pinter dan sotoy untuk ngitung-ngitung, sini lo, kerja bareng gue di industri transportasi. Sehari juga udah kena pecat kali.

Bagaimana Sih Korelasi Minyak Bumi Indonesia?
Fakta 1: Kita mengekspor minyak mentah dan mengimpor BBM (minyak jadi).
Fakta 2: perbandingannya, jumlah ekspor minyak mentah kita < jumlah impor BBM
Fakta 3: harga 1 barrel minyak mentah < harga 1 barrel BBM. Perbandingannya jauh pula. 2:3 atau 1:2 sekarang.
Banyak anggota DPR yang bilang, kalo harga minyak bumi naik, Indonesia sebenarnya untung. Well, no. karena kita mengimpor BBM > ekspor minyak mentahnya. Jadi ketika harga minyak bumi naik, harga BBM juga naik. Ini yang anggota DPR luput untuk pikirkan.

Kenapa subsidi BBM harus dikurangi?
Sekarang ambil 2 asumsi.
Asumsi 1: perbandingan jumlah ekspor import kita 2:3
Asumsi 2: perbandingan harga minyak bumi vs BBM jadi 2:3 juga (ada yang bilanmg udah 1:2 malah).
Asumsi 3: Jika harga minyak bumi naik 10%, katakanlah harga BBM jadi yang kita beli juga naik 10% (padahal sebenernya nggak. Naiknya eksponensial).
Liat aja matematikanya.
neraca awal = harga x jumlah =  2×2 (ekspor) : 3×3 (impor) = 4:9 (belum apa-apa, pemerintah jebol 4-9 = 5)
Harga setelah kenaikan 10% jadi: 4.4 : 9.9 (pemerintah jebol 0.5)
Setiap kenaikan 10%, pemerintah jebol 0.5. Nah kebayangkan kalo naiknya lebih dari 10%.
Penambahan ini lah yang pemerintah gak sanggup lagi untuk subsidi.

Apakah Benar Pemerintah Gak Sanggup Subsidi?
Sanggup sih. Yang gak sanggup adalah men-subsidi penambahan harga yang terjadi akibat kenaikan harga itu. Jika kenaikan harga ini selalu diimbangi dengan penambahan subsidi, maka akan tersisa lebih sedikit uang untuk pembangunan infrastruktur. Lama-lama, ekstrimnya bukan ga mungkin semua anggaran habis untuk subsidi.

Apakah Ada Cara Lain Selain Menurunkan Subsidi BBM?
Jawabannya, ya dan tidak.
Untuk jawaban ada, apa saja solusi lain itu?
Pertama: Efisiensi anggaran. Bagi kalian yang pernah baca kompas, subsidi BBM dan listrik + belanja gaji PNS = 60% APBN. Hanya tersisa 40% untuk pembangunan infrastruktur dan perkembangan bangsa. Mohon maaf bagi pembaca yang PNS tapi harus diakui, kalian itu jumlahnya kebanyakan. Apakah ini salah kalian? Tidak kok. Salah pemerintah jaman ORBA yang memaksa menyerap PNS gede-gedean dulu. Kita bisa memertahankan subsidi BBM jika jumlah PNS dikurangi dan dibuat efektif. Mungkin 60% dari jumlah sekarang. Agenda ini sudah dipush sekuat tenaga oleh Agus Marto, menkeu kita sekarang. That’s a good start.

Tapi apakah ini gampang? Ini akan susah. Sebagian dari kita pasti tahu bahwa saking enaknya jadi PNS, banyak orang termotivasi menjadi PNS karena benefitsnya. Sampai-sampai, orang yang gak punya koneksi, bersedia nyogok 20-80 juta per kursi. Orang yang punya koneksi, menitipkan saudaranya untuk menjadi PNS. Merampingkan jumlah PNS tidak bisa dalam 1-2 hari. Sedangkan minyak bumi bisa naik dari $80/barrel jadi $120/barrel dalam 2 hari. Good luck fighting that one.

Kedua: Berantas korupsi di mana-mana. Gayus punya asset 100 milyar dari hasil penggelapan pajak. Yang mana jika semua perusahaan yang Gayus tangani bayar pajak semestinya, negara bisa mendapatkan trilyunan. Apakah hanya Gayus saja? Itu kemarin ada Dhana. Kemarin lagi ada Bahasyim Asyafii yang punya asset 800 milyar. Itu dari sektor pajak aja. Anggota DPR juga gitu. Setiap kali daerah minta dana untuk membangun jembatan atau jalan, badan Anggran meminta fee antara 4-6% atau bahkan 10% dari nilai permintaan. Gue pernah denger cerita miris bahwa ada bupati yang tidak memiliki cara lain selain menyuap anggota DPR untuk mendapatkand ana untuk membangun daerahnya. Caranya? Miris. Sang bupati sampe harus meminta uang pada anak-anak buahnya. Salah satu anak buahnya, sampai mencairkan deposito mertua. Orang baik pun dipaksa jadi jahat untuk mendapatkan uang dari badan anggaran. By the way, Bahasyim, Gayus dan Dhana itu aktif di masa pemerintahan menteri mana? Sri Mulyani.

Ketiga: Gunakan APBN yang tersisa untuk membangun infrastruktur energy terbarukan, atau bangun PLT dengan tenaga batu bara. Contohnya:
  1. Pastikan setiap lampu fasilitas umum memiliki energy dari solar panel. Bupati Sarmi, Eduard Fonataba di Papua membuat terobosan di mana dia menggunakan APBDnya untuk menginstall solar panel di setiap rumah warganya, gratis. Multiplier effectnya:
-      Bupati tersebut tidak perlu meminta PLN untuk menggali kabel sampai daerah sana (cost saving untuk APBN).
-      Rakyat Sarmi yang tadinya membeli solar untuk menerangi rumahnya, sekarang memiliki energy gratis dari matahari. Tiba-tiba daya beli rakyat papua meningkat karena uang yang tadinya habis untuk solar, mereka dapat tabung dan belikan seragam untuk anak-anak mereka.
  1. Sekarang ini 51% energy yang PLN gunakan sudah berasal dari batu bara karena solar sudah terlalu mahal. Ini adalah langkah pemerinta yang sangat smart. Entah apakah ini ide Jusuf Kalla, SBY atau Dahlan Iskan.
  2. Bangun PLT panas bumi (PLTG = pembangkit listrik tenaga geothermal). Tenaga panas bumi adalah gratis dan satu lagi karunia Tuhan pada negara Indonesia. Kita hanya perlu mengharnessnya. Dulu Jusuf Kalla pernah marah-marah pada seseorang karena orang itu gak mau memberikan jaminan untuk proyek pembuatan sebuah PLTG. Tau siapa orang itu? Sri Mulyani.
Intinya sih, menggunakan APBN, membangun infrastruktur yang memetik energy yang gratis atau yang kita punya secara berlimpah. Baca: tenaga matahari. Batu bara (cadangan kita cukup untuk 200 tahun dibandingkan minyak bumi yang cukup untuk 12 tahun). Tenaga angin untuk daerah-daerah pesisir yang menghadap hamparan samudera.

Untuk tenaga angin ini, gue baru tahu bahwa Indonesia adalah lokasi pertemuan dua angin besar dari hamparan samudera pasiik dan hindia. Keduanya bertabrakan di Indonesia sehingga saling membatalkan. Artinya kecepeatan anginnya sangat rendah dan tidak cukup untuk membangun energy. Cuman ya, ada beberapa daerah di Indonesia (baca pesisir pantai) yang mendapatkan angin kencang konstan sepanjang tahun. Itu lumayan banget.

Keempat: Bangun lebih banyak kilang refinasi. Deangan begini, kita bisa mengurangi BBM jadi dan hanya membeli minyak mentah. Dengan begitu, kita lebih hemat. Sekarang ini kan kita harus menjual 3 barrel minyak mentah untuk membeli 1-2 barrel BBM jadi. INi karena kilan refinasi kita gak cukup banyak. Kalo banyak, maka minimal rasionya bisa lebih seimbang, jadi 1 barrel minyak mentah ekspor untuk mengcover 1 barrel minyak mentah impor.

Kemudian timbul pertanyaan, kalo sudah cukup banyak refinasi, kenapa sih kita harus masih ekspor dan impor minyak mentah? Itu karena karakteristiknya beda-beda. Contoh: minyak bumi dari tanah Amerika hanya cocok untuk menghasilkan minyak jadi kualitas rendah yang cocok untuk kapal laut. Sedangkan minyak dari Libya, sangat bagus sehingga hanya butuh 1 kali refinasi untuk menjadi BBM (kepada teman-teman oil engineers, correct me if I’m wrong here…)

Kelima: Mengurangi subsidi BBM. Ini adalah solusi yang paling cepat dan bagus karena dua factor:
  1. Bagus karena minyak bumi bisa naik dalam 1 hari. Sedangkan 4 solusi pertama butuh 5-10 tahun untuk membuatnya.
  2. Bagus asalkan hasil dari pengurangan subsidi ini dipakai untuk membangun 4 opsi pertama. Dan in lah niat pemerintah.

Tapi itu dia masalahnya. Partai politik menggunakan isu ini untuk memerlihatkan pada rakyat bahwa mereka membela rakyat. Maklum, pemilu capres 2 tahun lagi. Di depan TV dan kamera mereka tampak membela rakyat hari ini.

Masalahnya adalah, dengan tidak adanya pengurangan subsidi, ada lebih sedikit uang di APBN untuk membangun infrastruktur energy yang gue paparkan. Efeknya, guenya sih enak. Tapi anak cucu gue? Mereka suatu hari akan menjadi budak minyak bumi dan berkata, “iya, ada orang tolol di jama bokap gue yang gak mikir jauh ke depan…”

Mau anak kita ngomong gitu?

Mau berantas korupsi dulu sebelum cabut subsidi BBM? Itu belasan tahun aja gak beres-beres kok. Gus Dur gak bisa. Mega gak bisa. SBY gak bisa.

Mau bangun kilang refinasi, PLTG, bangun kincir angin sebelum cabut subsidi BBM? Pertama, itu butuh 3-5 tahun. Bangun kayak gituan gak bisa besok selesai. By the time we build it, Subsidi sudah makin parah.

Mau rampingkan PNS? Itu pertanyaan yang bagus tapi butuh berbulan-bulan prosesnya, jika tidak bertahun-taun. Belum lagi pasti ini dipolitisir sama anggota DPR atas nama yang sama dengan menahan cabutan subsidi BBM. Yaitu, “Atas nama Rakyat”.

Mencabut subsidi BBM bukan satu-satunya opsi. Tapi kenaikan harga minyak bumi itu nyata. Benar-benar nyata. Dan opsi-opsi lain yang ada di meja, makan tahunan sebelum efeknya kita rasakan.

Apakah gue suka dengan SBY? Gue menilai dia lambat dalam memberantas korupsi, so, no, gue gak suka. Tapi u know what? Gue lebih percaya pada SBY + menteri-menterinya seperti Dahlan Iskan, Gita Wirwayan, Agus Marto ketimbang anggota-anggota DPR yang tidak pernah tulus membela rakyat. Setidaknya pemerintahan kali ini terlihat ketulusannya. Liat SBY, meski gua gak suka dengan kelambanannya, dia masih santun. DAlam pidato BBMNya, udah dikebiri sama DPR, masih bilang terima kasih. Anggota DPR bisanya apa? Melancong dengan biaya 5 milyar per trip (bawa istri pula), pulang-pulang minta bancakan ke setiap bupati. Elo mau percaya sama orang kayak gitu? Mana yang elo lebih percaya? Gue sih pemerintah.
 Rgds.

naik harga bbm? (4)

ini salah satu dosen saya di kampus, (alm) Mas Wid.
ya, kalau saja semua yang dibilang mas wid di artikel di bawah ini dapat dilaksanakan pemerintah, mungkin negeri kita sudah sebanding dengan negara-negara maju lainnya..






***
Copas via Nurman Diah (via Forum Pembaca The Global Review):

Pesan Perjuangan dari seorang Prof. Widjajono Partowidagdo demi Kedaulatan, Kemandirian dan Ketahanan Energi Republik Indonesia:

"Indonesia merupakan negara yang lucu. Pasalnya, Indonesia memiliki sumber energi murah yaitu batubara, tetapi justru batubara tersebut malah diekspor. Sedangkan Indonesia memilih impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang harganya lebih mahal. ”Indonesia negara lucu, ekspor yang murah, tapi impor yang mahal. Orang yang gak kaya minyak tapi pakai yang mahal. Orang miskin kalau pakai yang mahal maka akan susah hidupnya,” tegas Widjajono saat ditemui di Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jumat (30/3/2012).

Widjajono heran dengan kultur masyarakat Indonesia yang justru bangga dengan jumlah mobil yang banyak meskipun bahan bakarnya masih disubsidi. “Mobil di Singapura itu 5 tahun ganti, tapi di Indonesia malah bangga mobil tambah meskipun BBM-nya disubsidi,” pungkasnya (detikFinance.com, 30/3/12).

Lebih dari itu, negara ini juga pas disebut negara aneh. Pasalnya memang banyak keanehan dalam pengaturan negara ini. Berikut sebagian diantara keanehan yang terjadi di negeri ini:

Pertama, semua orang di dunia akan sangat takjub dengan melimpahnya kekayaan negeri ini. Hampir semua bentuk kekayaan alam ada di negeri ini. Namun anehnya, kekayaan itu tidak bisa membuat rakyatnya hidup makmur.
Menurut data BPS: (http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.php?tabel=1&daftar=1&id_ subyek=23&notab=1 ) pada tahun 2011 orang miskin di negeri ini masih ada 11.046.750 orang di kota, ada 18.972.180 orang di desa dan secara total di negeri ini masih ada 30.018.930 orang miskin. Itu pun dengan ukuran garis kemiskinan di kota Rp 253.016,- per bulan, di desa Rp 213.395,- perbulan dan secara gabungan ukuran garis kemiskinan jika pengeluaran Rp 233.740,- perbulan. Orang yang disebut miskin di negeri ini jika pengeluarannya kurang dari Rp 7.790,- perhari. Padahal dengan pengeluaran sebesar itu per hari hanya cukup untuk sekali makan dengan lauk ala kadarnya.

Kedua, dengan melimpahnya kekayaan negeri ini, ternyata pendapatan negeri ini termasuk dari hasil pengelolaan bermacam kekayaan alam itu tidak cukup untuk membiayai belanja negara sehingga kekurangannya ditutup dengan mencari utang baik dari dalam negeri dalam bentuk Surat Berharga Negara dan dari luar negeri. Jumlah utang pada akhir Januari 2012 yang telah mencapai Rp 1837,39 triliun. Jumlah itu jika dibagi dengan jumlah penduduk 239 juta maka tiap orang penduduk temasuk bayi yang baru lahir sekalipun terbebani utang sebesar Rp 7,688 juta.
Keanehan ini makin menjadi. Negara ini sangat patuh dalam membayar cicilan utang pokok dan bunganya tiap tahun. Normalnya, orang berutang itu hanya sementara, sesekali, tidak seterusnya dan punya rencana atau skenario untuk melunasi utangnya. Itu normalnya. Tapi hal itu tak terlihat dalam hal utang negeri ini. Utang seolah menjadi sesuatu yang tetap. Tiap tahun harus ada. Hal itu diantaranya adalah akibat tipuan doktrin anggaran berimbang. Sayangnya terlihat tidak ada rencana atau skenario mengakhiri utang itu. Di dalam Buku Saku Perkembangan Utang Negara edisi Februari 2012 bahkan sudah ada prediksi besaran cicilan utang pokok dan bunga hingga tahun 2055 dan itu bukan akhir dari cicilan utang. Normalnya, utang itu sifatnya emergensi/darurat, tapi anehnya dalam pengelolaan negeri ini, utang justru bersifat baku, tetap dan kontinu. Jelas ini adalah aneh dan abnormal.

Lebih aneh lagi, ternyata cicilan utang selama ini tidak mengurangi jumlah utang. Padahal cicilan utang itu jika diakumulasi sudah melebihi akumulasi utangnya sendiri. Akumulasi pembayaran cicilan utang baik bunga maupun pokok selama 12 tahun antara tahun 2000-2011 mencapai Rp 1.843,10 triliun. Tapi anehnya, jumlah utang negara tidak berkurang tapi justru bertambah. Utang negara per 3 Januari 2012 mencapai Rp 1.837,39 triliun.

Kalau dikatakan utang itu untuk membiayai pembangunan, maka bisa jadi itu bohong besar. Sebab sejatinya utang yang diambil itu adalah untuk membayar cicilan utang. Ambil contoh tahun 2012 ini. Di dalam APBN-P sudah ditetapkan defisit sekitar Rp 190,1 triliun atau 2,23% dengan rencana akan ditutupi dari pembiayaan (utang) dalam negeri sebesar Rp 194,5 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar minus Rp 4,4 triliun (artinya total pinjaman LN berkurang Rp 4,4 triliun). Ternyata jumlah itu habis dan tidak cukup untuk membayar cicilan utang. Di tahun 2012 besarnya cicilan utang mencapai Rp 261,1 triliun (cician pokok Rp 139 triliun dan cicilan bunga Rp 122,13 triliun). Bahkan jika mengacu pada Buku Saku Perkembangan Utang Negara edisi Februari 2012 yang dikeluarkan oleh Ditjen Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan di halaman 46 disebutkan, pagu APBN-P 2012 untuk pembayaran cicilan utang (pokok dan bunganya) mencapai Rp 322,709 triliun, terdiri dari cicilan pokok utang Rp 200,491 triliun dan cicilan bunga Rp 122,218 triliun. Cicilan pokok utang itu terbagi dalam cicilan pokok pinjaman Rp 47,400 triliun (pinjaman DN Rp 140 miliar dan pinjaman LN Rp 47,260 triliun) dan cicilan pokok Surat Berharga Negara (SBN) Rp 153,091 triliun (SBN Rupiah Rp 152,091 triliun dan SBN Valas Rp 1 triliun). Sementara cicilan bunga Rp 122,218 triliun itu, terdiri dari cicilan bunga pinjaman Rp 17,887 triliun ( bunga pinjaman DN Rp 225 miliar dan bunga pinjaman LN Rp 17,662 triliun) dan cicilan bunga SBN Rp 104,331 triliun (bunga SBN Rupiah Rp 88,278 triliun dan SBN Valas Rp 16,052 triliun). Jadi seluruh utang yang ditarik di tahun 2012 sebenarnya bukan untuk membiayai pembangunan tetapi untuk membayar cicilan utang dan itupun belum cukup dan harus mengurangi alokasi APBN yang seharusnya bisa untuk membiayai pembangunan.

Ketiga, subsidi secara umum khususnya subsidi BBM dirasakan memberatkan pemerintah dan menjadi beban APBN sebab menyedot alokasi APBN. Padahal istilah subsidi BBM itu masih dipertanyakan. Soalnya, istilah subsidi itu seolah pemerintah mengeluarkan uang dari kantongnya untuk dibayarkan kepada rakyat atau untuk nomboki pembelian BBM. Banyak kalangan menilai istilah subsidi BBM itu tidak tepat sebab yang sebenarnya adalah berkurangnya potensi pemasukan kepada kas pemerintah yang berasal dari migas. Soalnya diasumsikan BBM itu dijual ke pasar internasional dengan harga pasar internasional. Namun karena BBM dijual di dalam negeri dengan harga murah di bawah harga pasar internasional, artinya ada potensi pemasukan yang hilang dan itulah yang dinamakan subsidi. Nah jika yang seperti itu dianggap memberatkan pemerintah dan membebani APBN, anehnya, pembayaran cicilan pokok dan bunga utang tidak pernah dianggap memberatkan pemerintah dan membebani APBN. Padahal
jumlahnya jauh lebih besar dari besaran subsidi. Dan pembayaran cicilan pokok dan bunga utang itu artinya uang benar-benar keluar dari kantong pemerintah, dan bukan hanya berkurangnya potensi pemasukan.

Keempat, pemerintah negeri ini begitu ngotot menaikkan harga BBM bersubsidi. Diantara alasannya adalah untuk penghematan. Jika harga BBM dinaikkan, penghematan bisa mencapai Rp 53 triliunan. Anehnya, pemerintah tidak terlihat ngotot menghilangkan anggaran-anggaran yang boros dan lebih berkesan kemewahan. Contohnya, anggaran kunjungan yang lebih bernuansa plesiran yang mencapai Rp 21 triliun, atau anggaran beli baju Presiden, Wapres, Gubernur, Wagub, Bupati/Walikota dan wakilnya, anggaran pembangunan atau renovasi gedung DPR yang sudah bagus, anggaran fasilitas bagi para pejabat, mobil dinas, dsb. Anehnya lagi, pemerintah tidak terlihat ngotot membenahi penggunaan anggaran yang selalu saja penyerapannya numpuk di akhir-akhir tahun yang kemudian rawan pemborosan, inefisiensi, tidak efektif dan rawan diselewengkan. Lebih aneh lagi, pemerintah juga tidak terlihat ngotot memberantas korupsi dan menyita harta koruptor termasuk mengejar uang negara yang
dikemplang dalam kasus Centruy, BLBI dan lainnya?

Kelima, pemerintah bekerja keras meyakinkan bahkan terkesan memaksa rakyat untuk memahami dan menerima rencana kenaikan harga BBM. Anehnya, pemerintah tidak terlihat bekerja keras atau bahkan memaksa kontraktor-kontraktor tambang dan migas agar bagian pemerintah lebih besar lagi atau untuk menaikkan royalti yang harus dibayarkan kepada pemerintah. Sekedar contoh, tak terlihat kerja keras dan paksaan pemerintah kepada PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk menaikkan royalti PTFI sekedar agar sesuai dengan ketentuan PP No 45/2003, yaitu royalti emas 3,75 persen, tembaga 4 persen dan perak 3,25 persen. Bayangkan saja, selama ini royalti yang diterima negara dari PTFI untuk emas 1%, untuk tembaga 1,5% (jika harga kurang dari US$ 0.9/pound) sampai 3.5% (jika harga US$ 1.1/pound) dan untuk perak 1,25 %. Hal yang kurang lebih sama juga terjadi pada kontrak karya atau kontrak bagi hasil pertambangan lainnya.

Keenam, Pemerintah berkeluh kesah dan merasa berat harus mensubsidi BBM untuk rakyat dengan jalan menjual BBM kepada rakyat di bawah harga internasional. Karenanya subsidi BBM harus dikurangi atau bahkan dihilangkan alias BBM harus dijual mengikuti harga pasar internasional. Dengan itu akan didapat penghematan Rp 53 triliunan pertahun. Menjual BBM kepada rakyat dengan harga murah dianggap pemerintah sebagai beban. Anehnya, gas dijual ke Cina dengan harga super murah, tapi pemerintah tidak pernah berkeluh kesah dan merasa berat.

Padahal menurut anggota BPH Migas, A. Qoyum Tjandranegara, potensi kerugian negara tahun 2006-2009 mencapai 410,4 T. Itu sama saja mensubsidi rakyat Cina Rp 100 triliunan lebih pertahun. Belum lagi ditambah kerugian tak langsungnya akibat PLN tidak bisa mendapat gas karena dijual ke luar negeri dan PLN harus memakai BBM yang harganya mahal sehingga PLN harus mengeluarkan biaya lebih banyak sekutar 37 triliun pertahun. Aneh sekali, pemerintah merasa sangat berat hati mensubsidi rakyatnya, pada saat yang sama pemerintah sama sekali tidak merasa berat bahkan merasa senang mensubsidi rakyat negara lain yaitu rakyat Cina."

(dikutip dari pidato, keynote speech, narasumber dan wawancara di berbagai acara)
* dikutip dari FB Bambang Supono

naik harga bbm? (3)

kali ini, dikutip dari-> http://alfonsorodriguezpenadelcastillo.blogspot.com/2013/06/subsidi-bbm-memperlancar-atau-merusak_1803.html?spref=fb
 
 
Subsidi BBM
Memperlancar atau merusak pembangunan bangsa Indonesia?.


Oleh TATANG HERNAS SOERAWIDJAJA

Data yang disajikan oleh Ditjen Anggaran KemenKeu (http://www.anggaran.depkeu.go.id/dja/acontent/ DataPokokAPBN202013.pdf) menunjukkan bahwa paling sedikitnya sejak tahun 2007, subsidi bahan bakar minyak (BBM) selalu merupakan pengeluaran amat besar negara ini. Bahkan dalam 4 tahun terakhir, subsidi BBM menjadi pengeluaran tunggal terbesar; jauh lebih besar dari pengeluaran untuk subsidi-subsidi lain dan belanja dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementerian Pekerjaan Umum. Oleh karena ini, sudah sepatutnyalah bangsa Indonesia mengkaji cermat, berdasar pertimbangan non-politik, apakah subsidi BBM masih layak dilakukan dan memang bermanfaat bagi pembangunan manusia Indonesia.

Subsidi BBM sudah salah kaprah

Menurut definisi OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), WTO (World Trade Organization), maupun buku-buku ajar ilmu ekonomi, subsidi adalah kontribusi finansial dari pemerintah atau badan publik yang diberikan kepada produsen atau konsumen untuk membuat suatu barang atau layanan tersedia pada harga di bawah harga pasar yang normal. Tujuan-tujuan pemberian subsidi yang disebut WTO sebagai “wajar/pantas untuk dilakukan” adalah paling sedikitnya salah satu dari : Pengembangan industri; Mendorong inovasi dan kemunculan national champions; Perlindungan lingkungan; Ketahanan nasional; Pelestarian kebudayaan dan warisan budaya; Mempertahankan karakter multifungsi dari pertanian; dan Redistribusi pendapatan (meliputi : mendorong kemajuan daerah tertentu, membantu industri yang sedang kesulitan, dan kewajiban pelayanan publik).

Telaahan awal menunjukkan bahwa subsidi BBM yang dilakukan pemerintah Indonesia tampaknya hanya bisa sesuai dengan kategori tujuan “Ketahanan nasional” (dalam bidang energi) dan “Kewajiban pelayanan publik”. Akan tetapi, bahkan WTO sekalipun menegaskan bahwa subsidi untuk tujuan ketahanan nasional diberikan kepada barang produksi dalam negeri untuk mewujudkan tingkat produksi domestik yang menjamin ketahanan nasional dalam bidang yang dimaksud. Padahal, sebagian besar BBM yang dikonsumsi di dalam negeri kita dewasa ini bukanlah produksi dalam negeri, melainkan barang impor. WTO juga menyatakan bahwa untuk tujuan kewajiban pelayanan publik, pelaksanaan pemberian subsidi harus menjamin bahwa penerima manfaat yang dikehendaki sama dengan penerima manfaat pada kenyataan sebenarnya, dan umumnya hanya diberikan pada barang/layanan yang takaran konsumsi normalnya mudah dikendalikan (seperti air, listrik, telekomunikasi). Padahal, cara penjualan terbuka di SPBU-SPBU membuat konsumsi BBM oleh masing-masing pembeli tak bisa dijaga selalu berada pada tingkat yang normal dan, sebagaimana sudah diungkap oleh berbagai sumber yang layak dipercaya, sekitar 85 % dari dana subsidi BBM diterima mereka-mereka yang tak berhak. Kini, subsidi BBM malah sebenarnya sudah beralih fungsi menjadi ‘insentif pemborosan” oleh pemilik-pemilik kendaraan pribadi yang umumnya adalah golongan menengah ke atas. Jadi, jelas bahwa subsidi BBM yang masih dilakukan pemerintah Indonesia sampai sekarang sebenarnya sudah salah kaprah, karena tak mencapai tujuan yang hakiki, malahan membuat porsi yang sangat besar dari anggaran negara terbuang percuma.

Mendorong penyelewengan

Sebagaimana tersaji pada tabel (yang merupakan bagian dari tulisan ini), harga solar dan premium di Indonesia sudah satu dekade lebih merupakan yang terendah di ASEAN. Pada tahun-tahun terakhir, harga di Brunei memang lebih rendah dari di Indonesia, tetapi ini dapat difahami, karena Brunei masih merupakan eksportir netto minyak bumi dan volume ekspornya lebih besar dari volume pemakaian domestik. Penting juga untuk dicatat bahwa harga solar dan premium di Indonesia bahkan tak lebih tinggi daripada di Uni Emirat Arab (UEA), yang merupakan eksportir besar minyak bumi.

Perbedaan harga solar dan premium yang besar antara di dalam negeri dan di negara-negara tetangga sangat berpotensi memicu penyelewengan. Penyelundupan ke luar negeri terhadap solar dan premium yang ada di dalam negeri bisa dilakukan oleh siapa saja yang bernurani jahat. Lebih dahsyat lagi efek perusakannya adalah kejahatan koruptif yang hanya bisa dilakukan oleh pihak-pihak yang dekat dengan pusat kekuasaan atau yang berpengaruh kuat dalam politik. Yang ini biasanya tak terpikirkan oleh para mahasiwa yang polos dan kelompok-kelompok awam lainnya. Sebagai contoh : Satu tanker solar atau premium yang baru diimpor dengan harga normal (sekitar 100 US cent/liter) dan masih dalam perjalanan di kapal (katakanlah dibeli dari Singapura dan sudah berada di Selat Karimata) dibeli dengan harga subsidi (Rp4500 atau sekitar 47 US cent/liter). Dana subsidi diurus di level tinggi di Jakarta sehingga seolah-olah BBM tersebut sudah sampai ke dan dikonsumsi masyarakat. Satu tanker BBM tersebut kemudian dijual lagi ke luar negeri dengan harga, katakanlah, Rp7500/liter. Melalui kejahatan koruptif ini, maka pihak pelaku akan mendapatkan dana besar yang tidak hanya membuatnya jadi sangat kaya-raya, melainkan juga memungkinkannya mencengkeram kekuasaan negara melalui pembiayaan kampanye partai politik atau calon-calon potensial pemimpin negeri.

Demi mencegah penyelewangan-penyelewengan yang dicontohkan di atas, maka jika pun tak dihapuskan sama sekali, subsidi BBM perlu dikurangi agar membuat perbedaan harga di dalam negeri dan di negara-negara tetangga (atau dengan harga pasar yang normal) tidak besar.


Perbandingan harga BBM, dari tahun 1998 s/d 2012, di negara-negara ASEAN dan Uni Emirat Arab.



Sumber : GIZ, “International Fuel Prices 2010/2011, 7th Edition, “International Fuel Prices 2012/2013”, Data Preview April 2013.

Berujung rendahnya daya beli rakyat
Karena bahan bakar alias energi adalah kebutuhan primer masyarakat, harga BBM yang sangat murah dalam jangka waktu lama pada akhirnya akan berakibat rendahnya daya beli kebanyakan rakyat kita. Merujuk pada data riwayat harga yang tersaji di dalam tabel, maka lambat laun daya beli kebanyakan rakyat Indonesia akan terperosok menjadi yang paling rendah di ASEAN. Jika supir taksi di Singapura bisa berlibur ke Jakarta; kapan supir taksi di Jakarta bisa berlibur ke Singapura?.

Sesungguhnya, salah satu kewajiban para pucuk pimpinan negara maupun partai politik adalah meningkatkan daya beli kebanyakan rakyat kita, supaya akhirnya tak kalah dari negara-negara tetangga (atau bahkan negara mana pun di dunia!). Penegasan pemimpin-pemimpin politik negeri ini yang menolak kenaikan harga BBM sebenarnya menimbulkan pertanyaan : ” Betulkah para pemimpin kita, terutama para politisi, tidak tahu/sadar akan kewajibannya itu? Ataukah mereka hanya belaga pilon demi berebut kekuasaan?”.

Bak memberi beasiswa kepada yang sudah akan purnabakti


Karena minyak bumi dan bahan bakar fosil lainnya tidak hanya kian langka dan mahal, tetapi juga berdampak buruk pada lingkungan, maka kecenderungan global di awal abad ke-21 ini adalah pergeseran pemanfaatan sumber primer energi, dari bahan bakar fosil ke sumber-sumber terbarukan. Oleh karenanya, status BBM di dalam dunia perniagaan dan pemanfaatan energi sekarang ini adalah seperti status matahari di jam setengah satu siang : masih berjaya (alias bersinar terang dan kuat) tetapi sedang menggelincir pelahan ke arah terbenam (alias purna-bakti). Dengan demikian, tak kunjung henti mensubsidi BBM sambil tak memberi perhatian dan insentif layak kepada pengembangan industri bahan bakar nabati (BBN) serta energi terbarukan lain adalah ibarat memberi beasiswa pada warganegara berumur 50 tahun ke atas (yang hampir habis masa bakti) agar terus dapat bersaing di dunia kerja, tetapi tak memberi beasiswa apapun kepada mereka yang berusia 25 tahun ke bawah (yang akan menggantikan generasi tuanya). Ini tentu saja merupakan falsafah regenerasi dan pembangunan ekonomi yang keliru dari sebuah bangsa !.

Merujuk pada uraian di atas ini pertanyaan yang sama kembali muncul : “Betulkah para pemimpin kita, terutama para politisi, tidak tahu/sadar terhadap kekeliruan ini?. Ataukah mereka hanya belaga pilon demi berebut kekuasaan?”.

Melestarikan kekeliruan pemahaman dan tuntutan para kawula muda

Di negara ini, setiap kali tersiar kabar bahwa pemerintah akan menaikkan harga BBM bersubsidi, maka di berbagai kota terjadi demonstrasi-demonstrasi mahasiswa dan para pemuda yang menolak kenaikan tersebut dengan alasan rakyat masih miskin. Sesungguhnya, pernyataan “menolak kenaikan harga BBM bersubsidi” merepresentasikan mental pengemis : “nggak apa-apa kami dan rakyat tetap miskin, murahkan saja harga BBM-nya”. Ini adalah tuntutan sebuah kelompok masyarakat yang anti-kemajuan!. Kelompok masyarakat yang ingin maju dan bersikap positif terhadap kemajuan, sadar bahwa harga (minyak mentah dunia) terbentuk oleh keseimbangan antara pasokan dan permintaan!. Jangankan presiden Indonesia, presiden Amerika Serikat saja tak mampu mengatur harga internasional minyak bumi. Jadi, yang dituntut oleh para kawula muda (mahasiswa dan pemuda) yang pro-kemajuan bukanlah “jangan naikan harga BBM bersubsidi”, melainkan : “Pemerintah boleh menaikkan harga BBM, tetapi (1) naikkan gaji pegawai negeri, terutama golongan bawah; (2) sesuaikan upah buruh; dan (3) naikkan harga pembelian gabah dan produk-produk hortikultura para petani; agar kelompok-kelompok masyarakat tersebut tetap dapat membeli BBM.”

Semoga saja banyak kawula-kawula muda Indonesia berkesempatan membaca uraian di atas dan kemudian berubah sikap. Mereka harus sadar bahwa demonstrasi demi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM sesungguhnya tidaklah merepresentasikan pembelaan terhadap rakyat kecil, malahan secara pelahan menghantar rakyat kita (dan mereka sendiri) ke jurang kenistaan. Kesadaran ini akan membuat mereka tak mudah dimanfaatkan demi kepentingan sesat para politisi maupun importir BBM.

Penutup

Uraian di atas kiranya cukup menegaskan bahwa subsidi BBM, yang sampai sekarang masih terus dijalankan pemerintah Indonesia, tidak hanya sudah salah kaprah dan merupakan penghamburan sia-sia anggaran negara (alias uang rakyat), melainkan juga berdampak buruk pada pembangunan karakter aneka kelompok bangsa Indonesia. Oleh karena ini, subsidi BBM harus dalam jangka waktu yang tak terlalu lama, secara terencana dihapuskan dan dampak buruknya yang sudah terlanjur melekat pada karakter manusia-manusia Indonesia harus kita tanggulangi.

Penulis adalah dosen Program Studi Teknik Kimia ITB, anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (Komisi Ilmu Rekayasa), anggota Dewan Riset Nasional (Komisi Energi), Ketua Ikatan Ahli Bioenergi Indonesia (IKABI), Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), dan anggota Dewan Penasehat Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI).

==============

Semoga dapat menjadi pembanding di tengah arus "populis" yang kurang dalam mengkaji penolakan kenaikan harga BBM.


Untuk Tuhan, bangsa, dan almamater,

merdeka!

naik harga bbm? (2)

post ini dan beberapa post setelahnya adalah hasil share dari kawan-kawan di facebook/twitter. i owned nothing, purely just want to offer you some facts dan kalau bisa sih, coba kalian baca dulu post-post ini sebelum mulai start arguing ttg kenaikan bbm ini.

selamat membaca!

******

Wawancara khusus Kepala SKK Migas, Prof. Rudi Rubiandini


VIVAnews -  Pemerintah berencana menaikkan harga Bahan Bakar Minyak pada bulan Juni ini. Sebab harga minyak dunia terus merangkak naik. Menyebabkan jumlah subsidi pemerintah terus melonjak. Mencekik APBN. Sementara produk migas Indonesia sendiri terus turun. Jika tidak melakukan sesuatu, maka ekonomi nasional secara keseluruhan bisa terganggu.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Rudi Rubiandini, saat berkunjung ke redaksi TV One beberapa waktu lalu, yang juga dihadiri wartawan VIVAnews.com, menyampaikan bahwa produksi migas Indonesia kini nyaris berada di titik nadir. Namun Guru Besar Teknik Perminyakan ITB ini meyakini produksi itu akan naik dengan masifnya eksplorasi dan eksploitasi untuk menemukan cadangan baru.
Indonesia saat ini memang telah berubah menjadi importir minyak bumi dan bukanlah negara dengan kekayaan migas yang berlimpah. Cadangan minyak Indonesia hanya 3,6 miliar barel, sungguh jauh bila dibandingkan dengan Venezuela yang jumlah cadangannya mencapai 300 miliar barel. Jika temuan baru tidak ada, "Kira-kira cadangan minyak kita habis 12 tahun lagi," kata Rudi Rubiandini.
Lahir di Tasikmalaya 9 Februari 1962, Rubiandini sudah lama bergelut dengan semua urusan di dunia perminyakan. Setelah lulus dari Teknik Perminyakan ITB tahun 1985, dia kuliah di Technische Universitaet Clausthal Jerman. Lama berkarir di BPMIGAS mengantarkan Rubiandini ke kursi Wakil Menteri (Wamen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).  Turun dari kursi Wamen Januari 2013, dia kemudian diangkat Presiden menjadi Kepala SKK Migas. Jabatan yang mengharuskannya menguasai secara rinci setiap perkembangan dunia minyak Indonesia.
Bagaimana kondisi perminyakan kita, seberapa besar stok yang tersedia, apakah ada temuan sumber minyak baru, dan bagaimana strategi SKK Migas  menggenjot produksi?  Berikut petikan wawancara dengan Rudi Rubiandini.
Sebenarnya, berapa cadangan minyak Indonesia saat ini dan akan habis kapan?
Jadi begini. Indonesia memiliki 3,6 miliar barel minyak. Apabila kita produksikan 800-900 ribu barel setiap hari, maka kira-kira cadangan minyak kita  habis 12 tahun lagi.  Itu logis, kalkulatif, semua dapat dihitung. Tetapi jangan lupa, cadangan minyak bisa bertambah, dengan cara eksplorasi. Ketika eksplorasi menghasilkan jumlah minyak yang sama untuk produksi maka level cadangan tidak pernah turun.
Pada tahun 1970 juga pernah dikatakan bahwa cadangan minyak kita akan habis pada 10 tahun lagi. Sekarang sudah 2013. Dan sekarang saya bilang bahwa 12 tahun lagi minyak kita akan habis, tapi nanti tahun 2100 akan ada juga yang mengeluarkan statement yang sama. Mengapa bisa begitu? Karena ada eksplorasi. Yang menyebabkan minyak kita akan habis atau tidak, adalah eksplorasi. Minyak yang kita sedot hari ini adalah hasil eksplorasi dari kakek dan orang tua kita 10-20 tahun lalu.

Minyak itu adalah sebuah benda yang keluar dari bawah, karena lebih ringan dari air maka bisa otomatis naik, apalagi gas. Minyak akan naik hingga berhenti di batuan cekungan ke atas. Untuk mencari minyak di dalam tanah maka kita lakukan ultrasonik dan ledakkan dinamit untuk mendapatkan seismik, bentuk batuan tanah. Ketika menemukan cekungan di dalam tanah, ada dua kemungkinan, apakah berisi air asin atau minyak bumi. Kalau dapatnya air, maka kita sebut dry hole.

Pertama kali orang menemukan minyak adalah di permukaan dan zaman dulu minyak bumi digunakan sebagai obat. Ada koreng, dibalut dengan minyak pasti sembuh. Kenapa? Karena minyak itu hidrokarbon, tidak ada oksigen. Sedangkan koreng butuh oksigen untuk berkembang. Dengan kulit dilapisi minyak, maka korengnya akan mati. Lalu berkembang menjadi obor saat dilapisi dengan kain dan dibalut di atas kayu lalu menjadi bahan bakar.

Setelah minyak di permukaan habis maka lama-lama minyak semakin dalam. Harus di bor menggunakan pipa. Paling dalam bisa hingga 15 ribu meter dari permukaan tanah. Dan bukan hanya dibor secara vertikal, namun bisa miring dan horizontal. Akibatnya, investasi eksplorasi menjadi mahal. Ada sumur yang harganya bisa mencapai US$100 juta atau setara Rp1 triliun dan itu belum pasti dapat minyak.

Dan semua cost recovery diganti oleh negara?
Pemerintah tentu tidak mau menanggung eksplorasi migas yang membutuhkan dana besar, maka dibuatlah kontrak eksplorasi. Silahkan ngebor eksplorasi. Kalau tidak dapat, maka tidak diganti serupiah pun oleh negara. Kalau dapat minyak, maka baru diganti oleh negara setelah berproduksi. Dibayarnya bukan menggunakan uang, tetapi equivalent dengan minyaknya, kita sebut sebagai kontrak bagi hasil.

Silahkan investasi, tidak berhasil maka tidak dibayar. Kalau berhasil, seluruh produksinya dipotong dulu biaya eksplorasi, baru dibagi hasilnya. Itu pun bukan 50:50, tetapi negara mendapatkan 85 persen, kontraktor hanya 15 persen. Jadi betapa keberpihakan kepada negara cukup tinggi. Perhitungannya, untuk kontraktor 15 persen, untuk cost recovery atau pengembalian investasi itu 20-25 persen dan sekitar 60 persen pasti untuk negara.

Bandingkan dengan industri pertambangan, yang keluar dari tanah paling hanya 25 persen yang masuk ke dalam kas negara. Sisanya ke para kontraktor, karena mereka menggunakan konsep kontrak karya. Bandingkan pertambangan emas, tembaga, batu bara, dan 100 jenis pertambangan dapatnya hanya Rp120 triliun ke kas negara, sedangkan industri migas hanya satu komoditas dapatnya Rp360 triliun masuk ke kas negara.

Jadi untuk meningkatkan produksi migas membutuhkan eksplorasi besar-besaran?


Iya. Pertanyaannya kenapa banyak perusahan asing? Kita tanya balik ke perusahaan Indonesia, siapa yang mempunyai uang puluhan hingga ratusan triliunan secara tunai, bukan pinjam dari bank untuk eksplorasi? Dan kalau tidak berhasil maka kontrak bisa diputus dan tidak menghasilkan apa-apa. Tidak ada yang berani.

Kebetulan kita punya warisan blok migas dari Belanda dan itu semuanya diberikan kepada Pertamina. Sedangkan perusahaan asing disuruh cari dari tempat kosong, maka muncullah Chevron, Total, BP. Yang bekas Belanda, dikuasai oleh Pertamina namun ternyata Pertamina tidak bisa mengelola sendiri blok migas, maka minta pihak ketiga, munculah JOB, Joint Opearation Body. Jadi ada, bagian Pertamina yang dikelola oleh perusahaan asing.

Dari seluruh Indonesia, 50 persen lahan industri migas dikuasai oleh Pertamina. Tapi produksi nasional, produksi migas asing lebih besar daripada produksi Pertamina. Di media massa dibalik termnya, industri migas dikuasai asing. Padahal, perusahaan asing justru telah membuat produksi migas kita itu tinggi.

Apakah karena Pertamina minim eksplorasi?
Nah, kenapa Pertamina tidak begitu agresif? Ada masalah kecil ketika Petronas belajar dari Pertamina, tetapi saat ini Petronas tumbuh pesat. Petronas tidak memberi dividen kepada pemerintah sehingga dananya bisa untuk eksplorasi dan mereka bisa mengembangkan bisnis migas. Sedangkan Pertamina tidak, karena pertamina tunduk pada peraturan BUMN dan wajib memberikan deviden. Seharusnya keuntungan Pertamina digunakan untuk eksplorasi tetapi ini dikembalikan ke negara menjadi deviden. Jadi tidak ada feedback, tidak ada return uang, dari pengelolaan minyak tadi menjadi penemuan minyak baru.

Lahan pertamina memang bekas Belanda. Tapi ambilah contoh Cepu, yang semula dibor dengan kedalaman 300-400 meter oleh Belanda. Di zaman Pak Harto diberikan kepada Tommy melalui Humpuss. Tommy perlu uang dijual ke Ampolex, lalu dijual lagi ke Exxon. Diperluas dan diperdalam oleh Exxon dan dapatlah seperti sekarang, 165 ribu barel pada 2014 nanti.

Ada beberapa hal yang sebenarnya perlu kita dilakukan. Pertama, cobalah sumur Pertamina yang dangkal-dangkal ini dibor lebih dalam. Memang belum tentu dapat, tapi keberanian untuk mengebor lebih dalam ini terbatas. Kedua, Pertamina kan dapatnya bekas Belanda, semua di darat. Belum pernah Pertamina mencari sendiri di laut. Yang ada ambil alih punya BP di Offshore North West Java dan utara Madura, West Madura Offshore. Padahal masa depan migas Indonesia ada di laut, dan itu pun di laut dalam, seperti Inpex di selat Timor, Donggi Senoro, ENI di lapangan Jangkrik. Laut-laut dalam di Timur Indonesia terus eksplorasi.

Kenapa belum dilakukan?
Bagi pertamina, daripada uang kosong melompong karena tidak dapat, mending akuisisi minyak yang sudah berproduksi. Tanah itu kosong melompong, jadilah peta. Selama Pertamina tidak melakukan self exsploration maka tidak pernah ada tambahan minyak.

Selama ini Pertamina sebagai BUMN, kalau dry hole, dianggap merugikan negara. Kalau eksplorasi belum tentu dapat minyak.  Rasio sukses eksplorasi itu 30-40 persen, paling tinggi 50 persen. Jadi artinya ngebor 10, yang berhasil 3-4 sumur. Maka yang gagal itu kan duit hilang. Jumlahnya miliaran, triliunan. Pemerintah membatasi Pertamina untuk masuk dalam bisnis yang beresiko tinggi.

Pertamina saat ini saya dorong untuk eksploitasi lapangan yang masih tidak diapa-apakan, Enhanced Oil Recovery (EOR) sedang digalakkan. Kenapa? lapangan asing tadi sudah disedot 40-50 persen. Lapangan Pertamina ini baru 10-15 persen. Ini lapangan kalau diurus secara benar pun hasilnya akan naik. Pertamina bisa kok. 

Tetapi kan Pertamina mengelola sumur tua?
Sebetulnya sumur tua bukan berarti minyaknya akan habis. Justru sumur itu telah terbukti ada minyak. Kalau masuk ke lapangan baru kan belum tentu ada hasilnya.

Masalah ini terjadi karena political will atau internal Pertamina?
Kalau dalam hal Pertamina, ini intern Pertamina. Pertamina sudah mendapatkan privilege dari negara. Perusahaan asing itu mendapatkan bagian 15 persen dari minyak, 30 persen dari gas. Sedangkan Pertamina mendapatkan bagian 40 persen. Ditambah kewajiban Domestic Market Obligation. Perusahaan asing dibayar 25 persen dari harga dunia, Pertamina itu full price. Jadi, pantaslah pendapatan negara mengecil, pendapatan Pertamina membesar. Sebenarnya keberpihakan kepada Pertamina itu sudah terlihat, tetapi mengaku sebagai anak tiri padahal sudah dianak emaskan.

Kenapa saat ini industri hulu migas Indonesia seperti tertinggal dari negara lain?
Kalo masalah industri migas kenapa tertinggal dibanding negara lain, itu political will. Seperti dana eksplorasi, pemerintah bisa sisihkan lima persen dari pendapatan migas untuk eksplorasi.

Masalahnya, saat ini kalau ada perusahaan asing masuk ke Indonesia, mereka hanya dikasih lembar kosong tanpa peta, perusahaan asing di Indonesia harus melakukan seismik sendiri. Padahal di Malaysia, itu investor diberikan CD isi peta dan hasil seismik tiga dimensi. Dana yang disebut petroleoum fund ini sangat dibutuhkan di Indonesia, jumlahnya tidak besar. Cukup sekitar lima persen dari hasil migas dikembalikan untuk eksplorasi.

Apakah masalah petroleoum fund sudah diusulkan kepada pemerintah?
Jadi masalah petroleoum fund, kami sudah siapkan beberapa poin di revisi Undang-undang migas yang baru. Salah satunya, kita coba adakan lima persen dari hasil migas untuk eksplorasi, sedangkan 95 persen sisanya masuk ke kas negara. Sehingga, petroleoum fund ini tidak meminta dari pajak atau manapun.

Siapa yang berhak mengelola dana ini, sebab jumlahnya tidak kecil. Bisa mencapai Rp15 triliun?
Petroleoum fund ini akan masuk ke dalam Badan Geologi, sebuah badan milik negara yang bertugas untuk eksplorasi pertambangan dan migas. Kalau tidak ada uangnya, maka Badan Geologi ini hanya sebagai pengumpul data hasil eksplorasi yang dikerjakan orang lain. Kuncinya adalah duit. Ketika duitnya ada maka Badan Geologi jalan, data jadi ada, maka cadangan meningkat.

Saat ini ada badan pengambil data, semi swasta. Namanya Patra Nusa Data. Itu semi pemerintah yang tugasnya mengumpulkan data namun berada di bawah Kementerian ESDM. Ini kan salah? Seharusnya dikembalikan ke Badan Geologi namun karena Undang-undangnya belum ada sehingga tidak jalan.

Kenapa bukan SKK Migas?
SKK Migas lebih bertugas untuk mengamankan kontrak yang telah ditandatangani oleh pemerintah dengan kontraktor. Watchdognya ini SKK Migas. By the law, Badan Geologi inilah yang berhak memegang petroleoum fund.

Soal cadangan migas Indonesia sebesar 3,6 miliar barel tadi. Apakah itu ukurannya sangat besar untuk sebuah negara? Artinya, apakah Indonesia negara kaya minyak?

Indonesia mempunyai cadangan minyak 3,6 miliar barel sedangkan Venezuela itu 300 miliar barel. Kalau Indonesia mempunyai cadangan minyak 300 miliar maka saya berani seperti Hugo Chavez dengan menasionalisasikan perusahaan minyak asing. Sekarang ini, investor mau datang ke Indonesia saja saya bersyukur. Orang kaya sombong seperti Venezuela itu biasa, orang miskin sombong itu luar biasa. Kita harus sedikit terbuka dengan investor asing.

Norwegia saat ini booming dengan cadangan migas yang mencapai 10 miliar barel dengan penduduk 8 juta. Sedangkan kita, cadangan lebih sedikit dari Norwegia namun penduduknya 240 juta. Beda sekali konteksnya dalam membuat aturan. Di negeri yang kaya minyak, mereka menggunakan services contract. Kontraktor asing diundang dibayar dengan barang dan tenaga kerja mereka, sedangkan seluruh minyak untuk negara. Sedangkan di Indonesia tidak, yang bayar kontraktor.

Ingat, nasionalisasi di Venezuela itu bukan berarti perusahaan diusir tetapi mereka beli dari kontraktor-kontraktor asing lalu perusahaan tersebut menjadi perusahaan nasional karena cadangan minyak mereka melimpah. Masalahnya Indonesia, uangnya dari mana?

Anda sudah petakan kendala di industri migas. Kira-kira bagaimana produksi migas Indonesia ke depan?
Beberapa waktu lalu saya bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono selama dua jam. Karena selembar demi selembar paparan saya dia kupas dan beberapa masukan dari saya diterima dan keluar sebagai keputusan. Ada hal yang minimal harus dilakukan. Pertama, pemangkasan birokrasi. Kedua, insentif fiskal eksplorasi.
Saya juga ceritakan kepada Pak Presiden bahwa untuk kegiatan eksplorasi ada 25 izin dan memproses izinnya butuh 2-3 tahun. Pak Presiden bilang kapan mulai kerjanya? Lalu Presiden memerintahkan Pak Sudi Silalahi (Mensesneg) untuk menyederhanakan perizinan menjadi tujuh. Seluruh menteri bergerak untuk merevolusi perizinan.

Saya ingin menyampaikan bahwa visi SKK Migas jangka panjang adalah meningkatkan penemuan cadangan migas dengan eksplorasi. Kenapa? Hari ini kita nikmati minyak karena hasil eksplorasi 10-20 tahun lalu. Jangka menengah, kegiatan lapangan-lapangan yang idle dengan sentuhan EOR, lalu tingkatkan kapasitas nasional, hidupkan perbankan dan kontraktor nasional.

Sedangkan jangka pendek, mengamankan lapangan yang akan onstream dalam waktu dekat, seperti proyek Banyu Urip, Jangkrik, dan Donggi Senoro. Lalu menurunkan decline rate jadi nol. Dari minus lima hingga sepuluh menjadi nol. Ini bukan pekerjaan gampang, dari dulu sulit kok. Aslinya, sebuah blok migas itu bisa turun 20-40 persen, namun karena ditekan dengan menambah sumur maka menurun menjadi enam persen. Tahun ini saya canangkan nol, bukan hanya nol namun malah naik.

Sekarang saya targetkan produksi minyak Indonesia 840-850 ribu barel. Akhirnya kementerian keuangan menggunakan angka 840 ribu barel. Per hari ini produksi 842 ribu barel. Jadi bukan hanya zero decline. Tetapi sekarang memang titik nadir produksi  migas indonesia, tapi nanti akan naik. Saat ini produksi migas terbukti mulai rebound. Insya Allah.

Anda yakin produksi migas Indonesia akan naik?
Saya sampaikan kepada Pak Presiden, sampai 2019 minyak dari lapangan Banyu Urip, Cepu sudah keluar semua. Gas dari Tangguh train tiga juga sudah keluar. Pada 2019 nanti Indonesia sudah berubah dari minyak ke gas. Jadi kalau kita tidak mulai bangun infrastruktur gas maka akan susah. Saya berharap swasta cepat masuk, alokasi gas telah disediakan.

Yang Banyu Urip saya sudah cek.  Beberapa waktu lalu sudah cek ke lapangan dan sudah mulai bor dua rig. Rencana 42 sumur, 13 sumur diantara untuk inject tingkatkan lifting. Saat ini produksi Blok Cepu baru 53 persen. Insya Allah 2014 akhir sudah produksi penuh. Lalu proyek deep water seperti Bangka, Gendalo dan Gihem akan selesai 2015-2017 dengan jumlah gas 114.742 juta kaki kubik. Ini jumlah yang besar. Kemudian Blok Muara Bakau, Jangkrik yang dikelola ENI dari Italia akan hasilkan 450 juta kaki kubik pada 2016.

Lalu ada blok Masela di selat Timor, ini selesai 2018 dengan produksi 421 juta kaki kubik. Tangguh train 3 produksi 500 juta kaki kubik selesai 2019.
Ketika saya dipanggil, Presiden sempat bertanya, adakah yang selesai sebelum Agustus 2014? Saya katakan Bapak tidak perlu khawatir.  Bapaklah yang sudah membuat ini terjadi dan biarlah Presiden selanjutnya yang menikmati. Bapak Presiden tinggal bilang ke presiden selanjutnya, kami persembahkan proyek-proyek migas yang tinggal dinikmati. Ini tabungan bangsa indonesia, anak cucu kita. Totalnya tidak kurang dari US$30 miliar investasi dan tidak menggunakan uang negara.

Ada cerita di sektor migas bahwa Indonesia berhasil produksi 1,6 juta barel pada tahun 1977. Negara Indonesia beruntung karena menemukan lapangan besar. Setelah itu turun. Titik puncak kedua muncul lagi pada 1995,  produksi minyak bisa 1,6 jt barel. Kenapa? Karena disentuh EOR di lapangan Duri, caranya injeksi uap. Lalu kemudian turun terus.
Lalu kapan ada puncak ketiga? Jawabannya ada pada dua komponen yakni eksplorasi dan EOR. Jika dilakukan bersamaan maka akan membuat puncak produksi yang ketiga. Tetapi kalau dikatakan turun tidak, saat ini produksi Migas Indoenesia mencapai 2,1 juta ekuivalen setara minyak. Lebih tinggi dari produksi Migas pada 1976.

Untuk program BBM menjadi BBG sendiri, sejauh mana komitmen SKK Migas dalam hal ini?
Kami ditantang untuk mengkonversi BBM menjadi BBG. SKK Migas telah siapkan 32 juta kaki kubik untuk proyek ini dari tahun lalu. Tetapi tidak terjadi. Masalahnya bukan di suplai gas tapi converter kit serta SPBG mother daughter tidak jadi-jadi. Kenapa? Karena dibangun menggunakan uang APBN. Saya ingat, karena waktu itu masih menjadi Wakil Menteri ESDM, Dirjen Migas waktu itu, Ibu Evita menyatakan tender SPBG baru selesai November dan baru dibangun Maret. Pak Menkeu tidak mau kalau multiyear karena sudah ada pengalaman pahit di Hambalang. Saya bilang, ini kan multiyear tapi single budget, tapi tetap tidak mau.

Jadi sebenarnya proses berjalan. Kesiapan hulu ada tetapi masalahnya di infrastruktur gas belum siap karena menunggu dana dari APBN.  Saya lebih suka agar swasta masuk. Swasta lebih cepat jadi asal diberikan margin cukup.

Bagaimana dengan renegosiasi harga gas Tangguh?
Sebenarnya ekspor gas Tangguh ke Fujian itu kecil, hanya 11 persen. Tetapi magnitude politiknya besar.  Padahal efek rupiah kecil, hanya Rp40 triliun tambahannya. Tetapi seolah-olah kita jual barang murah ke luar negeri, padahal tidak. Banyak juga gas yang kita jual mahal hingga 17 dolar per MMBTU, tetapi karena Fujian dijual US$3,35 per MMBTU kelihatannya kecil. Waktu itu kita jual gas ketika pasokan gas di dunia sedang besar. Bisa kejual juga bersyukur waktu itu.

Proses renegosiasi Tangguh telah dimulai, untuk harganya belum tahu. Yang jelas, CNOOC telah berkomitmen untuk mengubah harganya. Kami bercita-cita dalam dua bulan selesai, tetapi negosiasi membutuhkan proses yang tidak mudah.

Kami pernah dihujat karena mengekspor gas lebih banyak daripada untuk kebutuhan dalam negeri. Tapi pada tahun 2012, hampir seimbang karena ada kontrak gas yang sudah habis, dan kami  langsung mengalihkannya untuk kebutuhan dalam negeri. Lalu ada usul, kenapa tidak seluruh gas itu digunakan untuk kebutuhan dalam negeri? Jawabannya sederhana. Ini infrastrukturnya tidak ada, apa gasnya ditenteng dalam plastik?


 dikutip dari http://analisis.news.viva.co.id/news/read/417723--produksi-minyak-indonesia-di-titik-nadir



naik harga bbm?

hot issue minggu ini yang ramai dibicarakan banyak orang tak lain dan tak bukan adalah tentang naiknya harga bbm. Bbm bersubsidi, lebih tepatnya. dengan kata lain, pengurangan subsidi dari negara untuk rakyatnya.

from many source that i have read, dan kebanyakan adalah tulisan dari orang-orang intelek yang memang tahu keadaan dan keekonomian yang sebenarnya, ngga ada tuh, tulisan yang mendukung adanya subsidi bbm.

i have no rights and enough knowledge to say something about this issue, but i really want to offer you some facts about this issue, so that you all know, and educated, and can make a better thought and reason how to response regarding this issue. i'll post and share it in another blog post after this.

but you know,
gw gemes banget sebenernya sama pendemo-pendemo itu yang selalu berdemo dengan mengatas namakan rakyat. trus mereka memblokir rumah sakit dan jalan raya, bikin susah rakyat yang mau berobat atau mau pulang/pergi ke kantornya gitu? just go to hell, guys!!

dan lagi, gw ga yakin si pendemo-pendemo itu tau sebenernya apa yang mereka demo, gw rasa mereka cuma ikut-ikutan (atau dibayar) tanpa tahu apa untung-ruginya naiknya bbm ini dari kacamata banyak aspek. dan gw yakin presiden pasti punya staff yang segambreng banyaknya buat menganalisa ini semua. dan mungkin efek dari ini bukan temporary, tapi jauh untuk ke masa panjang untuk investasi banyak hal yang juga untuk kemajuan negeri ini.

see you in another post!

Sunday, June 16, 2013

mimpi, 2

mentari pagi, halo..

setelah baca ulang post yang kemarin dibuat, jadi merasa aneh sendiri.
well, it is true what i wrote in there,
but as i think more,
to be grown up is not to blame others, or any condition
mature is an option, isn't it?

*masih dengan soundtrack lagu mirrornya justin, lagu yang sama waktu buat post kmrn*


maybe is too late,
but it is still better to do something now, than we just stay still in the same spot
maybe not as perfect as i imagine,
but still, it is better to move.


Saturday, June 15, 2013

mimpi, 1

hujan, halo..
saat hujan dan sendirian seperti ini, memang enak untuk merenung.
merenung yang akhir ceritanya sudah bisa tertebak, hehe

mari kita bicara mengenai mimpi pada sore hari yang sunsetnya tertutup awan gelap ini
bicara soal mimpi, atau impian, di satu sisi memang menyenangkan
tapi untukku, mungkin sisi lainnya yang lebih menonjol dibanding bagian menyenangkannya itu
mimpiku dan kenyataanku, hampir selalu memilih jalan yang berbeda

kadang aku iri dengan orang yang tahu apa impian
dan bagaimana ia berusaha menggapai mimpinya itu
sungguh, iri bukan main
padahal aku tahu bahwa mungkin tidak mudah mencapai itu
at least, ia menikmatinya
at least, ia punya mimpi itu

yang aku ingat ketika bercerita tentang mimpi ketika masa anak-anak,
kepada nyokap, yang seharusnya jadi orang terdekat yang mendukung,
yah, hanya seharusnya,
hidup tidak selalu seperti fairytale yang ibu tiri lebih jahat dari ibu kandung,
dan secara instant menghancurkan mimpi dan sekaligus membangun rasa antipati,

tapi sayangnya, mimpi anak-anak itu masih membekas
setelah sekian lama terkubur dalam pembelajaran tanpa henti di sekolah dan kuliah,
ia muncul lagi, dari 1 permintaan simple dari seorang trainer,
'tolong tuliskan apa yang menjadi mimpi kamu selama ini. apa saja, bahkan hal yang menurutmu impossible sekalipun'
huff, mungkin memang seharusnya ngga ikut trainer itu, dan hidup akan jadi damai-damai saja  


...


suatu minggu sore yang hujan~~

i want to travel a lot, i want to experience more, i don't need anymore regret and i want to be stunning far more than i am now.


tiba-tiba saja terpikir kalimat itu. entah kenapa.
mungkin karena 2 hari ini menggeje, ga ngerjain proyek ataupun disertasi dan tiba2 merasa bersalah karena ga ngapa-ngapain, bisa jadiii~~
mungkin karena plan ke jambi yang jadi-ngga-jadi-ngga melulu, dan tiket yg semakin lama semakin mahal, bisa jadiii~~
mungkin karena cuaca dan langit yang mendukung untuk ngebuat pikiran ngelayang kesana-kemari, kl kata seorang temen sih 'jangan sedih makanya ti biar ga ujan', well, i'm not really a gumiho, tapi bisa jadiii~~

but anyway, ini bukan proyek ke'galau'an kok. hehe
lebih kepada perasaan gemes pengen ngelakuin sesuatu yang berguna (walaupun pada ujung2nya sih tetep aja stay didepan laptop ngebuka media player classic trus nonton running man/family outing), pingin juga jalan-jalan ngejelajah tempat-tempat yang asing, dimana ga ada yang kenal gue disitu, nyoba makanan-makanan atau hal-hal aneh, it seems very exciting! yah walaupun, ujung2nya ttp ajaa kepentok masalah duit. huh!

yah, yasudahlah,
berhubung sore ini ujan lagi dan ga jadi lari lagi, mari kita menggeje di blog setelah sekian lama tak dikecup oleh sentuhan jari-jari manis di keyboard.. *apa sih*

hihi :D