Monday, September 18, 2023

Bagai PR matematika

Hidup ini memang penuh dengan tantangan (dan juga permasalahan), baik kita menyadarinya atau tidak. Terkadang, ada orang yang bilang ingin kembali ke masa kecil atau sekolah dasar, dimana tantangan atau masalah hanyalah PR atau ulangan matematika. Tapi, untuk anak sekecil itu, PR atau ulangan matematika merupakan tantangan yang sangat besar. Bahkan bisa membuat stress dari beberapa hari sebelum ulangannya bila anak kecil tersebut tidak atau belum mampu menguasai bahan pelajaran. Mungkin bagi kita, ya memang semudah menjentikkan jari jika kita mengerjakan PR itu sekarang. Namun, bagi anak itu, PR itulah yang bisa membuatnya naik kelas, seperti yang dituliskan juga dalam prolog tantangan blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan ini oleh mamah admin di website MGN: Tantangan hidup hadir sebagai 'ujian naik kelas' kehidupan. 


****

Dalam hidup pribadiku, setidaknya ada 2 tantangan besar yang paling membekas. Satu sudah terlewati, satu lagi sedang dihadapi. 

1. Mengejar Strata

Seperti yang pernah kuceritakan pada awal perkenalan dengan para Mamah MGN di blogpost tentang diriku, umur belasan dan dua puluhan hidupku kuhabiskan di ITB. Ya, 13 tahun lamanya aku betah untuk menimba ilmu di kampus kita tercinta ini, dari mulai 2005 sampai 2018, non stop. Walaupun mungkin cerita dan perjuangan di kampus tidak bisa dibandingkan dengan teman-teman lain seperti di cerita mamah Uril maupun teman-teman lainnya, tetapi selayaknya mahasiswa yang setiap akhir kuliahnya harus menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan, selalu ada cerita dalam mengejar strata.  

Kalau bisa kubilang, S1 dan S2 mempunyai pola pembelajaran yang mirip, menekankan di kelas, tugas atau praktikum, dan diakhiri dengan tugas akhir atau thesis. Tugas Akhir Sarjana Alhamdulillah berhasil diselesaikan dengan baik, didukung oleh dosen pembimbing yang sangat suportif terhadap para mahasiswanya. Ketika membuat Thesis Magister, karena terpikat dengan subject sewaktu TA, akhirnya kuputuskan untuk mendalami lagi tentang metode tersebut. Lumayan membuat stress sampai bilang ke diri sendiri bahwa ga akan lagi-lagi kuliah gini, salah jurusan sepertinya.. 

Tapi beberapa bulan setelah (Alhamdulillahnya) lulus, berdirilah aku di depan loket di gedung Annex. Mendaftar sekolah (lagi). Padahal baru aja bilang kalau kapok belajar lagi, huehehe. 

Motivasinya kuliah lagi??

Pertama: Ga diajak pak suami (baru mau nikah waktu itu) buat nemenin dia studi di Paris. Wuekekek. Daripada bete bengong sendirian di Indo, yaudahlah kita sekolah aja. 

Kedua: Lagi kesengsem sama salah satu topik penelitian yang belakangan ini lagi ngehits di dunia: CCS atau Carbon Capture Storage. Special thanks buat Bapak Dosen pembimbing dari S1 yang mengenalkanku tentang topik ini. 

Ketiga: Pengen nerusin cita-cita Aki. Kakekku sangat cinta akan geologi, akan Karang Sambungnya (tempat kuliah lapangan mahasiswa kebumian), akan kampus ITBnya. Sayangnya dari sekian banyak cucu-cucunya, yang meneruskan jejaknya di dunia kebumian hanya aku. Jadi, motivasi yang paling utama ini lah yang memantapkan niatku untuk mendaftar kuliah lagi. 

Foto Aki Dd yang kuambil waktu aku kuliah lapangan s1 di Karang Sambung. 
Walau tahun itu kesehatannya Dd sudah berkurang, tapi Dd bela-belain datang mengajar di Karsam karena cucu nya lagi ada disitu :')

Namun, Aki Dd, begitu kami memanggilnya, belum genap setahun aku memulai kuliah S3 ini, beliau berpulang. Jujur, aku langsung merasa demotivasi. Ditambah dengan hidup LDM yang ternyata sulit kubiasakan. Proposal penelitian pun seringkali ditolak dengan alasan penelitiannya sudah pernah dikerjakan dan diminta mencari keterbaruan lagi. Sungguh, 6 tahun ini luar biasa menguras energi, rasa, uang, dan juga kewarasan. Depresi dan terpuruk. 

 Aku bangkit lagi untuk menyelesaikan studiku karena Aki Dd (alm). Iya, aku tak ingin merusak citra baik dan nama besar beliau di kampus jika aku drop out dari program ini. Walaupun Beliau sudah tidak ada, tapi aku tetap ingin membuat beliau bangga. Dengan berpegang pada kata-kata 'Do your best so there will be no regret', I did everything I can. Kejar dosen sana, kejar dosen sini, print disini, print disana, submit ini, submit itu. Literally berlari-larian mengejar deadline dan juga tutupnya loket, baik di jurusan maupun di Annex. Alhamdulillah, masih dikasih kesempatan sama Allah untuk bisa lulus dari kampus ITB lagi. 

So.. this is for you, De. Miss you :)

Allahumagfirlahu warhamhu waafihi wa'fuanhu, Sukendar Asikin. 

2. Kiddos: a Lifetime learning. 

Menjadi orang tua memang tidak mudah. Menjadi orang tua berarti harus siap dengan tantangan dan juga pembelajaran baru, setiap harinya. Mulai dari hamil, bayi, toddler, pra remaja, remaja, bahkan dewasa, setiap anak dengan keunikan karakternya masing-masing tentu menjadi tantangan sendiri bagi setiap orang tua. Ketika hamil banyak dari kita yang merasa tidak nyaman dan ingin cepat-cepat lahiran, tanpa tahu bahwa ketika bayi baru lahir berarti kita akan merasakan tantangan begadang berhari-hari, belum lagi kalau puting lecet, pekerjaan rumah terbengkalai, dan sebagainya sampai ada yang menderita post partum depression. Ketika bayi masih kecil dan harus digendong kemana-mana, seringkali kita ingin agar ia cepat merangkak dan berjalan, tanpa tahu bahwa kita harus mengekor dan mengejarnya kemana-mana. Ketika masih toddler, seringkali kita ingin agar ia cepat bersekolah, tanpa tahu bahwa masa-masa bersekolah ada pula tantangan lainnya, dari mulai rengekan mogok sekolahnya, bullying, ataupun ada kalanya kita rindu karena ternyata rumah menjadi sepi ketika mereka bersekolah. 

kiddos 💓

Pernah ketika anak pertama masih bayi, membaca buku yang mengisahkan bagaimana menjadi orang tua yang penuh senyum sehingga anak-anak dikelilingi oleh energi positif (maaf, lupa nama bukunya..), dan sejak itu, menjadi cita-citaku untuk menjadi orang tua yang seperti di buku itu walaupun TANTANGANnya luar biasa sekaliiiiiiii (maaf capslock jebol :p) 

Intinya.. tantangan paling besar yang sedang kuhadapi dan Insya Allah akan terus berlanjut sampai meninggal nanti ya ini: menjadi orang tua yang baik, soleh/ah untuk anak-anakku.

Kalau ada kontroversi yang bilang bahwa anak itu investasi atau bukan, ya, aku setuju dengan anak itu adalah investasi. Bukan investasi yang seperti apa, namun investasi untuk ketika kami orangtuanya mati kelak, anak-anak kami dapat menjadi anak-anak yang soleh solehah agar dapat mendoakan kami orang tuanya di akhirat kelak. Terlihat ringan, namun inilah tantangan berat bagi kami orangtuanya agar mereka mau melakukan hal tersebut, dengan penjagaan Allah SWT tentunya. Semoga Allah meridhoi, Aamiin.. (bantu aamiinkan yahh yang membaca ini, terima kasih sebelumnya, hehe..)

*****

Tantangan sebesar atau sekecil apapun, itulah yang membuat diri kita menjadi diri kita sekarang. 

Apakah kita naik kelas atau tidak, tentu itu semua bergantung pada diri kita sendiri. 

Semoga aku, dan kamu yang membaca blog ini dapat naik kelas bersama di tantangan masing-masing. Semangat! :)


Friday, August 18, 2023

wish x consistency.

 Memang keinginan manusia ga ada batasnya, ya. Seperti kata Mamah Uril di penjelasan Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agutus ini: Sky is the limit. 

Tapi sejujurnya, agak bingung juga mau menulis tentang apa untuk tantangan bulan ini. Sepertinya, jiwa-jiwa ambisius yang dulu lekat dengan nama besar ITB sudah menghilang dari pikiranku. Setidaknya, untuk saat ini. Semakin bertambah usia dan dengan rutinitas sebagai Ibu rumah tangga membuatku tidak lagi terlalu bernafsu untuk mengejar pencapaian-pencapaian yang 'wah'. Berhasil mengejar dan dapat diskon 50% dari Sh**pe aja udah seneng. Bandingkan dengan keinginan pada waktu kuliah dulu yang ingin kuliah dan tingga di luar negeri, ingin jadi professor, buat riset ini itu.. Bagai bumi dan langit. 

hiburanku tiap malem. btw postingan ini tidak bersponsor yah huehehe

Kalau ditanya apa keinginanku untuk saat ini, mungkin akan kujawab: konsisten. 

Kenapa 'konsisten'? Ya, sejatinya memiliki sebuah konsistensi untuk sesuatu hal itu merupakan hal yang sulit dan membutuhkan kerja keras. Konsistensi inilah yang ingin kumiliki dalam mengisi kehidupanku sehari-hari saat ini. Namanya juga keinginan, artinya belum tercapai kan.. Dengan kata lain, aku belum berhasil sepenuhnya dalam menerapkan hal-hal berikut ini: 

1. Konsisten dalam hidup (lebih) sehat

Seperti yang Mah Uril singgung di artikel di web MGN, keinginan untuk punya BB ideal dan fisik bugar. Siapa sih ya yang tidak mau seperti itu, hehe.. Apalagi setelah pandemi yang membuat timbangan itu maunya ke kanaaann terus dan susah sekali diajak balik ke kiri. Rasa-rasanya hanya minum air putih saja sudah jadi daging. Beda betul dengan timbangan anak-anak yang susaah banget diajak ke kanannya. *Mamah curcol * Apalagi kalau lihat foto-foto nostalgia sewaktu kuliah, auto bersenandung 'Bajuku dulu.. tak begini..~~~'

On a more serious note, trigger utama kenapa ingin hidup lebih sehat adalah: beberapa suami atau saudara dari teman-teman baikku terkena kanker. Sudah tahu dari dulu bahwa kanker itu ganas dan menyeramkan, namun baru benar-benar merasa tersentil ketika melihat orang-orang terdekat struggle dan berjuang melawan itu. Imaji kanker itu sebagian besar diderita oleh orang yang sudah berumur senja pun runtuh karena teman-teman yang divonis menderita kanker itu sepantaran hanya terpaut beberapa tahun saja. 

Jadi target kecilnya sekarang sih hanya berusaha untuk makan lebih sehat.. lebih sadar dalam makan minyak (kurangi gorengan mylufff).. Sulit, apalagi buatku yang tipenya stress-eater, hehe.. Dan perbanyak olahraga (i'm such a lazy ass btw).. Bisa joging 2km ga berhenti pakai pace yang kayak jalan kaki aja udah pencapaian, hehe.. Syukur-syukur bisa ikut 10k tahun depan (mulai ambisius) huehehehe..

my very very first 5k run! 
there is always a first time in everything.
walaupun pace seadanya tapi ku tetap senangggg dengan pencapaian ini, Alhamdulillah

2. Konsisten dalam menulis

Menulis baik pakai tulisan tangan maupun menulis di blog atau media lain sebetulnya adalah salah satu bentuk atau caraku untuk untuk self-healing. Pernah ikut dalam suatu seminar/acara parenting di sekolah anakku dan salah satu yang kuingat adalah: di umur 30-40an sepertiku, salah satu yang dibutuhkan adalah untuk produktif. Waktu itu kupikir, pantas saja aku uring-uringan semenjak hanya menjadi full IRT. Ternyata, kebutuhan untuk bersifat produktif  itu kurang terpenuhi. Merasa kurang bermanfaat bagi orang banyak, apalgi dengan title 'lulusan ITB' yang kadang-kadang jadi terasa berat dipundak. Makanya, lewat menulis tulisan yang bermanfaatlah rasanya diriku lebih merasa produktif dan mudah-mudahan dapat memberikan manfaat bagi orang yang membaca tulisan-tulisanku, baik itu di blogpost, Instagram, ataupun media lainnya. 

Senang sekali bisa bergabung menjadi salah satu author dan editor di ebook ini. 
Looking forward to another ebook project!
Yang belum pernah baca bisa baca disini yaa..

Menulis gratitude journey juga disebut-sebut sebagai salah satu cara healing yang bisa mendekatkan kita kepada yang Kuasa. Memetik dari Al Quran surah Ibrahim ayat 7 yang artinya '..Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah nikmat kepadamu..' 


Kedua konsistensi inilah yang paling ingin kulakukan, paling tidak dalam waktu dekat ini. Tentu saja ada lebih banyak konsistensi yang ingin kucapai, misalnya: konsisten untuk tidak selalu marah-marah ke anak-anak.. konsisten untuk tetap sabar dan selalu tersenyum.. dsb dsb dsb.. banyaaaakk... once again, sky is the limit kan?? hehehe

Kata orang mah sebaiknya kalau kita punya keinginan sebaiknya tidak diberi tahu ke orang-orang supaya terhindar dari ain.. Maka dari itu, untuk yang membaca blogpostku ini dan juga blogpost Tantangan MGN bulan ini lainnya, mari kita doakan yang baik-baik semoga keinginan para mamah ini dapat terkabul Aamiin aamiin ya Rabb :)

Semangattt Mamah semuaaa, semoga kita bisa berjuang bersama untuk mencapai keinginan kita masing-masing yaa! 💪


Tuesday, July 18, 2023

Triple B: Bandung, Balikpapan, Bekasi

Jika membicarakan tentang daerah asal, ketiga kota yang kebetulan berinisial sama yaitu huruf B menjadi kota yang masing-masing menjadi 'Rumah' untuk setiap fasa kehidupanku.

Ketiga kota ini sama-sama penting, sama-sama nostalgic, sama-sama mempunyai cerita. 

****

Bandung

Kota kembang ini adalah awal mula kehidupanku sebagai manusia. Ya, aku lahir di Bandung, kota yang berhawa sejuk di ketinggian sekitar 700 mdpl. Yang menjadi memori masa kecilku yang selalu terkenang adalah kota ini menjadi tujuan ketika mudik Lebaran. "Jangan lupa bawa sweater," ujar mama kepadaku setiap kali kami akan berangkat mudik naik mobil melewati jalur Puncak. Aku sewaktu kecil sangat gembira dan tak sabar ingin bertemu dan berkumpul dengan sepupu-sepupu yang jumlahnya sangat banyak itu. Maklum, keluarga mamaku keluarga besar dengan 11 orang kakak/adik. Persis seperti yang ada di meme atau gambar yang banyak dibagikan ketika menjelang lebaran, dimana di rumah Nenek kasur-kasur berjajar di ruang tengah dan kami tidur disana beramai-ramai. Ketika selesai dari shalat Ied, tradisi bersalam-salaman membuat 'ular naga' yang panjangnya bukan kepalang.  Paling asyik kalau sudah tiba waktunya bagi-bagi uang lebaran, para persepupuan ini akan mengantri dari yang paling muda sampai paling tua. Wah, berasa jadi orang kaya mendadak! Dengan dompet tebal penuh uang baru, kami para sepupu ini suka berjalan-jalan naik angkot Cisitu-Tegallega ke Cihampelas sambil melihat patung superhero di sepanjang jalan ini sebelum kami ganti angkot ke BIP atau ke Kings. Seru sekali dan jadi kenangan masa kecil yang sangat menyenangkan :)

Bandung mulai menjadi kota tempat tinggal dan bukan sekedar tempat mudik pada tahun 2005, ketika kumasuki dunia perkuliahan di kampus gajah tercinta. Walaupun aku sering sekali datang ke Bandung, tapi rasanya sangat berbeda dengan ketika tinggal di tempat kos bersama dengan teman-teman satu SMA yang sama-sama masuk ITB. Masih teringat bagaimana rasa dinginnya Bandung ketika pertama kali masuk kampus untuk mengikuti OSKM, bercampur antara hawa Bandung pagi hari yang memang dingin dan juga tatapan dingin para kakak tingkat. Bandung yang penuh warna, tempat belajar untuk mandiri dan bertahan hidup. Tempat untuk berteman dengan banyak orang dan banyak latar, dan juga bermain,berjalan-jalan dan berpetualang dengan teman-teman di kampus. Maklum, sewaktu SMA cuma kenal sekolah-tempat les-rumah :p

Di kota ini pula lah aku memulai kehidupanku dalam berumah tangga 11 tahun yang lalu. Pak suami -yang seangkatan dan sejurusan- kebetulan orang Jawa yang tinggal dan besar di Bandung. Keluarga besarku pun banyak yang tinggal di Bandung sehingga kami putuskan untuk menikah dan resepsi di Bandung. 'Rumah' pertama kami berada di kota ini. Rumah kontrakan sederhana yang menjadi saksi LDM bertahun-tahun, haha. Rumah ini juga menjadi tempat kami pulang bersama dengan Kakak yang baru lahir 8 tahun lalu. Walaupun sekarang rumah tersebut sudah dirobohkan, tapi kenangannya tetap di hati.

***

Balikpapan

Semenjak Pak suami pulang dari Perancis dan mulai bekerja di kota minyak ini sekitar tahun 2013, kami memulai LDM domestik selama hampir 5 tahun. Lumayan, beda waktunya hanya 1 jam dengan di Bandung ataupun Jakarta. Di kota ini kami mulai dari Nol -seperti slogan sewaktu sehabis mengisi bensin- mulai dari tinggal di tempat kos-mengontrak-sampai alhamdulillah tinggal di 'Rumah' pertama kami sendiri.

Balikpapan kota beriman merupakan kota yang sangat nyaman untuk ditinggali. Kebanyakan warga yang tinggal di Balikpapan adalah warga perantau yang pindah ke kota ini karena bekerja. Kota ini sendiri tidak terlalu besar, namun cukup lengkap untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Memang mall yang ada di Balikpapan tidak sebanyak seperti di Jakarta ataupun Bandung, namun seperti kebanyakan kota pesisir lainnya, para warga banyak yang memilih untuk menghabiskan akhir pekan di pantai-pantai seperti Pantai Patra, Kemala, Batakan dan Lamaru, atau di lapangan Merdeka yang selalu ramai.  Bagi keluarga kami sendiri, tinggal di Balikpapan sungguh less-stress dibanding dengan kehidupan di Bandung ataupun Jakarta, dimana lalu lintas tidak sepadat itu dan juga letak antar lokasinya yang tidak jauh. Yang pernah tinggal di Balikpapan pasti merasakan bagaimana nyamannya kota ini dan akan terkesan dengan kota yang jalan-jalannya sangat bersih. 

IKN atau ibukota negara baru juga rencananya akan ditempatkan di Samboja, yang otomatis Balikpapan akan menjadi kota atau gerbang masuk untuk menuju IKN. Seiring dengan itu, pembangunan di kota Balikpapan pun semakin maju pesat dan semakin lengkap. Jangan salah dengan pemikiran 'Kalimantan itu cuma hutan', asal tahu saja bahwa biaya hidup di kota Balikpapan itu mahal, hampir setara Jakarta (atau bahkan lebih mahal ya?) yang bahkan diriku terkaget-kaget sewaktu pertama kali ke Balikpapan dan berbelanja sayuran. Pernah yang kuingat, satu ikat sayuran hijau mencapai harga 20ribu di pasar.

Walaupun Balikpapan memang merupakan kota perantauan kami, tapi bagi kami Balikpapan selalu menjadi rumah bagi kami, apalagi bagi si Adek yang lahir di kota ini. Si Anak Kalimantan, hehe. 

****

Bekasi

Akhirnya, kembalilah aku ke kota ini. Walaupun Bandung adalah kota kelahiranku, tapi di Bekasi ini lah kuhabiskan masa kecil sampai SMA di rumah orang tuaku. Walaupun aku lebih suka bilang bahwa rumahku di Jakarta (jika yang bertanya adalah orang dari luar jakarta) atau Cibubur (jika yang bertanya adalah orang Jakarta), tapi secara administratif, rumah orang tua masuk dalam Kota Bekasi. Setelah kutinggalkan untuk kuliah 2005 silam, tahun 2021 kami kembali ke kota ini. 

'Rumah' yang sekarang menjadi rumah kami berada persis di seberang rumah orang tuaku. Walaupun suasana di Cibubur sudah jauh berbeda dengan banyaknya pembangunan dan perkembangan di sana-sini, rasanya komplek rumahku ini masih sama suasananya dengan ketika aku masih kecil dulu. Alhamdulillah yang dulu kulakukan sekarang dilakukan oleh anak-anakku, yaitu bermain bersama dengan teman-teman di jalanan depan rumah. 

****

Inilah ceritaku tentang daerah asalku untuk Tantangan Blogging Mamah Gajak Ngeblog bulan Juli ini. Semua yang terjadi di kota-kota tersebut turut serta membangun diri menjadi diriku sekarang ini. Semua menjadi 'Rumah' bagiku dan keluargaku, dengan perannya masing-masing :)