Sunday, November 20, 2022

Keajaiban Tanah Haram

 Bicara tentang pengalaman di luar nalar, sesuai dengan tema Tantangan Ngeblog Mamah Gajah Ngeblog bulan November sekaligus tantangan yang terakhir di tahun ini, yang paling terpikirkan dan teringat adalah pengalaman ketika berada di Tanah Haram, tanah yang penuh dengan keajaiban, di kota Mekkah.

Saat itu kami sekeluarga sedang melakukan umroh. Setelah sebelumnya menghabiskan waktu beberapa hari di kota Madinah, rombongan kami memulai perjalanan ke kota Mekkah untuk melakukan umroh di Masjidil Haram. Saat itu aku masih kuliah dan belum menikah. Kami sekeluarga ber 5 termasuk orang tua dan kedua adik laki-lakiku, serta tante (teman ibuku) dan anaknya, termasuk dalam satu rombongan besar dari agen travel umroh. 

Adikku (yang setelahku langsung, kami panggil Kakang), adalah penyandang autisme. Saat itu dia masih SMA, sedangkan adikku (kami panggil Ade) yang paling kecil masih SMP. Mempunyai anggota keluarga yang autisme membuat keluarga kami selalu bersiaga. Bukan apa-apa, adikku ini sering sekali hilang. Sering sekali pergi sendiri bila pengawasannya lepas, tanpa bilang dulu (untuk kami ini hal yang wajar, karena yang ada dipikirannya hanyalah tempat yang ingin dia tuju). 

Singkat cerita, rombongan besar kami sampai di Mekkah, Begitu sampai di hotel, rombongan langsung bersiap untuk melakukan tawaf dan umroh pertama kami. Kondisi Masjidil Haram saat itu memang sedang penuh, walaupun tidak sepenuh saat musim haji. Tentu saja, saat itu kami belum mengetahui lewat jalan mana menuju Masjidil Haram (letak hotel kami agak jauh dari pintu Masjidil Haram), dimana letak atau posisi dari Kakbah, awal dan akhir tawaf, tempat Sai dan sebagainya. 

Untuk menuju ke Masjidil Haram, dari hotel kami harus melewati pasar. Kondisi saat itu, ramai. Saat itu aku, Abah (papa) dan Ade sudah berbagi tugas. Aku menjaga mama, dan Abah dan Ade menjaga Kakang. Bismillah, kami serombongan berangkat dari hotel menuju Kakbah.

Namun, hanya sekitar 10 menit setelah berangkat, sewaktu melewati pasar, Kakang hilang!

Sungguh, rasanya benar-benar campur aduk. Antara bingung, khawatir, kesal, heran, semua bercampur jadi satu. Abah dan Ade yang memegangi kakang sempat berhenti sebentar untuk membetulkan kain ihram Ade, dan hanya sesaat dari lepas penjagaan itu, Kakang langsung pergi sendiri. Entah kemana. 

Akhirnya rombongan berhenti dan beberapa orang dari rombongan kami membantu Abah dan Ade mencari Kakang di sekitar pasar. Tak ketemu. Setelah 10-15 menit setelahnya, ketua rombongan kami menghampiri kami untuk berdiskusi khawatir karena rombongan besar menjadi tertahan untuk melakukan umroh, padahal saat itu kondisi rombongan sudah capek setelah perjalanan dari Madinah, dan sudah malam (hampir tengah malam), mengejar waktu selesai umroh telah selesai sebelum waktu subuh tiba dan pencarian akan dilanjutkan oleh agen travel setelah umroh selesai dilakukan. Kami sangat mengerti hal tersebut dan kami pasrah.

Bayangkan, dari beribu-ribu orang yang berada di Masjidil Haram, mencari satu orang yang mungkin tidak sadar bahwa dirinya hilang, tidak bisa berkomunikasi dengan baik, mungkin juga tidak mencari kami, tidak pula membawa handphone, bagaimana?

begini kira-kira suasana malam itu. sumber foto: disini.

Selama tawaf, mama sudah lemas dan harus dipegangi di kanan-kirinya. Kemungkinan untuk Kakang tidak ketemu itu sangat besar. Ibu mana yang tak lemas kalau anaknya hilang dan mungkin tidak bisa bertemu lagi dengannya?

Setelah selesai tawaf dan melakukan shalat, aku ingat bahwa aku berdoa yang kira-kira intinya 'Jika ini memang terakhir kami bertemu Kakang, kami ikhlas. Namun jika tidak, pertemukanlah kami dengannya lagi'. Lantai ubin Kakbah yang berwarna putih saat itu terasa sangat sejuk, dan suasana sekitar Kakbah terasa sangat magical. Entah kenapa, saat itu aku merasa bahwa Kakang akan ketemu.

Setelah itu kami melakukan Sa'i diantara bukit Safa dan Marwah. Ketika kami telah selesai dan sedang berada di bukit Marwah, Masya Allah ada salah satu anggota rombongan kami yang berkata bahwa dia melihat Kakang di bukit lainnya. Allahu Akbar.. benar adanya. Kakang dibawa oleh anggota rombongan lainnya ke keluarga kami, lengkap dengan kepalanya yang sudah pitak disana-sini bekas tahalul. 

Begitu kami tanya dia, ternyata dia sudah melakukan umroh sendiri. Urutan-urutan dan tempat-tempatnya pun sesuai. Bagaimana dia bisa tahu? Bahkan aku pun kalau ga ikut rombongan sepertinya akan nyasar karena tempatnya yang sangat luas dan untuk diingat: baru pertama kali dia ke Masjidil Haram ini. Waktu ditanya lagi, 'kok bisa?' dia jawabnya 'diajarin malaikat'.

Mau heran tapi ini di Masjidil Haram....




Thursday, October 20, 2022

Segelas Kopi untuk Semua

Apa yang istimewa tentang 'kopi'?

Bukan hanya arabian night, tapi sepertinya ada 1001 hal yang bisa diceritakan tentang kopi. Tentang asal usulnya, tentang bermacam-macam biji kopinya, tentang tempat penanamannya, tentang harganya, cara pembuatannya, efek sosial yang ditimbulkannya, dan tentunya masih banyak lagi cakupan yang dapat dibicarakan dari kopi. 

Namun kali ini, biarlah kita bicara dari sisi 'rasa'. Bukan, bukan tentang rasa manis, pahit, asam, atau terkadang gurih. Tapi dari 'rasa' yang dihasilkan ketika kita meminum kopi. Rasa nyaman yang dirasakan ketika kopi ini diminum oleh para penikmat kopi ini. Entah kehangatan atau kesegaran, bergantung pada situasi ketika kopi itu diminum.

Tapi, sebenarnya apa yang menghasilkan rasa nyaman itu? 
Mungkin, bukan tentang jenis kopi yang berbanding lurus dengan harga dari kopi itu sendiri.

Beberapa orang memang merasakan kenikmatan ketika meminum kopi, yang benar-benar terbuat dari biji kopi yang baru digiling dan biji kopi pilihan tentunya, di cafe atau dirumah menggunakan mesin kopi espresso. Bagi pecinta kopi, menghirup aroma kopi yang baru digiling adalah suatu kepuasan tersendiri dan bisa meningkatkan rasa dari kopi berkali-kali lipat. Mesin kopi pun berharga jutaan sampai ratusan juta, untuk penggunaan pribadi di rumah sampai untuk penggunaan para ahli kopi.



Beberapa orang menyukai kopi-kopi terutama es kopi susu gula aren yang sekarang menjamur pada outlet-outlet kopi. Cairan kopi yang biasanya sudah dilarutkan terlebih dahulu lalu dicampur dengan susu dan es sesuai pesanan. Bersama teman-teman, sambil menongkrong dan bersenda gurau, menghabiskan waktu dan bersosialisasi dengan orang lain, sesuatu yang tentunya sangat kita sukai terutama setelah pandemi 2 tahun di rumah. 


Beberapa lagi cukup puas dengan kopi hitam instan ataupun kopi sachet. Minuman praktis untuk di rumah, di sela-sela mengurus pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Atau dengan gelas plastik, diminum di warung atau dibeli dari pedangan asongan di pinggir jalan. Sambil duduk, melepas penat sejenak sebelum bekerja keras lagi.

Tapi jika orang yang terbiasa meminum espresso kemudian meminum kopi susu kekinian, mungkin belum tentu mereka akan menikmati kenyamanan yang sama. 
Dan sebaliknya, orang yang terbiasa meminum kopi sachet manis pun belum tentu akan menikmati minuman kopi dari gerai kopi atau cafe, walaupun harganya berkali-kali lipat. 

Mungkin juga, bukan tentang kandungan kafein yang terdapat di dalam kopi. 

Kebanyakan harapan orang adalah meminum kopi untuk mendapatkan efek dari kafein agar menghilangkan kantuk atau lelah. Setelah berjam-jam menyetir, misalnya, agar terasa lebih segar dan mampu mengemudi lagi dengan lebih aman setelah meminum kopi. Atau setelah meeting yang panjang dan intens  di kantor, rehat sejenak dengan meminum secangkir kopi. 

Namun, tak sedikit juga orang yang malah jadi tertidur pulas setelah meminum kopi. Justru mereka meminum kopi agar merasa rileks dan bisa beristirahat dengan tenang setelah menjalani hari yang penat. 

Jadi, kembali ke pertanyaan awal: Apa yang istimewa tentang kopi?

Ya, semua bisa menjadi istimewa.
Apa pun kopimu, fokuslah sejenak untuk menikmati apa yang ada dalam cangkirmu. 
Padukan dengan sekitarmu dan resapi kenyamanan yang dapat diperoleh dari secangkir kopi di hadapanmu. 

Selamat menikmati :)

dariku,
yang menulis ini sambil meminum secangkir kopi hangat,
dengan campuran 1sendok teh nescafe classic hitam, 1 sendok teh gula aren, 2/3 cangkir air panas, dan 1/3 cangkir susu full cream cair. 

-----------

Hanya secuil pemikiran tentang kopi. Masih ada 1000 lagi yang bisa dituliskan oleh teman-teman dalam Tantangan Blogging Mamah Gajak Ngeblog bulan ini, tentang Mamah dan Kopi :)








Sunday, September 18, 2022

Jajan awet

Semenjak pandemi, kebanyakan orang telah beralih untuk berbelanja secara online. Dilansir dari berbagai sumber, jumlah nilai transaksi di berbagai market place pun selama pandemi ini melonjak drastis. Mulai dari kebutuhan sehari-hari, sayur mayur, perentilan rumah, sampai ke pakaian. Tentunya ada beberapa keuntungan namun juga ada beberapa kekurangan dari pembelanjaan online. Di satu sisi, kita tidak usah repot-repot pergi ke pasar, mini market, atau pusat pembelanjaan sehingga menghemat waktu, ongkos, biaya parkir, dsb. Di sisi lain, kita tidak tahu pasti kondisi barang yang akan kita beli (selain barang-barang dalam kemasan, ya). Misalnya dalam memesan sayur, kita tidak bisa memilih seperti kita memilih langsung di pasar atau di tukang sayur, terima saja apa yang dipilihkan dan dikirimkan oleh penjual. 

Begitu juga dengan pembelian pakaian. Selama pandemi ini, sepertinya sudah sering sekali kita berbelanja di market place. Apalagi selama pandemi ini, berat badan naik banyak banget jadi mau tidak mau harus beli baju baru karena baju lama sudah tidak muat. Harga yang ditawarkan di market place pun jauh lebih murah untuk barang yang sama bila dibandingkan dengan membeli di toko langsung. Terkadang suka heran juga dan punya pemikiran seperti ini: 'Apa benar ada baju seharga semurah ini? Apa tidak rugi ya? Ini harga bahannya berapa ya, belum ongkos jahitnya, kok bisa ya?' dan akhirnya penasaran dan berakhir dengan checkout di pesanan. Hehe. 

Mengingat ukuran badan yang sudah masuk kategori overweight, belanja pakaian terutama baju atau celana secara online tidak semudah dulu karena kebanyakan baju yang dijual secara 1 ukuran atau all/free size adalah ukuran untuk bb normal cenderung kurus. Untuk bahan-bahan pakaian pun, sekarang sudah sangat bermacam-macam. Untuk itu, diperlukan beberapa langkah atau trik  yang biasanya dilakukan atau perlu diperhatikan supaya pembelanjaan kita tidak jadi zonkk karena ukuran yang salah atau faktor lainnya. 

1. Jangan langsung terbuai foto

Foto yang ditampilkan oleh penjual di halaman penjualan mereka itu sudah tentu di setting sedemikian rupa sehingga 'menjual'. Sudah melewati proses styling photography tertentu, dikenakan oleh model yang berbodi ciamik, pencahayaan yang juga terkadang diatur. Bukan berarti tidak real pict, tapi ya kadang barang aslinya tidak sebagus hasil fotonya. Terkadang banyak juga apalagi untuk model-model pakaian yang sedang jadi trend, orang-orang ada yang hanya mencatut foto dari orang lain. Jadi, jangan langsung checkout, ya!

foto dari halaman penjual



2. Lihat deskripsi detailnya

Toko yang baik dan biasanya banyak peminatnya itu mempunyai deskripsi yang detail mulai dari ukurannya, bahan yang digunakan, dsb. Lihat ukurannya dan bandingkan dengan ukuran tubuh kita, kira-kira bisa muat atau tidak. 

deskripsinya bagus, ditulis secara mendetail



3. Review dari pembeli

Makin banyak ulasan dari pembeli terutama yang menyertakan foto, seharusnya berbanding lurus dengan kepercayaan akan barang yang ditawarkan. Kita juga akan lebih mudah untuk tahu detail dari barang yang akan kita beli dari review pembeli lain. Misalnya, dari bahan yang digunakan. Kita bisa cari foto dari pembeli yang memfoto dari jarak dekat sehingga bisa tahu kira-kira tekstur kainnya seperti apa, bahannya panas atau tidak, dsb. Warna-warna yang ditawarkan pun akan terlihat lebih 'real' di foto dari pembeli bila dibandingkan dengan foto utama dari penjual. 

Reviewnya ada banyak, klik di bagian 'Lihat semua' kemudian lanjutkan dengan klik 'dengan foto/video'

foto dari pembeli lain yang memperlihatkan tekstur pakaiannya


Satu tips lagi dari review pembeli: cari ulasan yang menyertakan bb / tb. Bila kita scroll sekilas, akan ada saja pembeli lain yang mereview dengan memberi tahu bb / tb nya berapa. Dengan ini, kita bisa jadi dapat bayangan, apakah kira-kira barang ini akan cocok di bb / tb kita atau tidak. 


foto dari pembeli yang mempunyai kisaran bb yang sama ketika bajunya dipakai


4. Ada harga ada barang

Turunkan ekspektasi kalau kita beli barang di marketplace, karena kita memang tidak tahu barang aslinya seperti apa. Kecuali di brand-brand yang memang mumpuni dan harganya juga menengah ke atas. Hehe. 

Jadi setelah checkout dengan menggunakan trik-trik diatas, hasil akhirnya adalah:

maapkan bajunya lecek blom di setrika hahaaa..
dengan bb overweight begini, jadi sering ga pede dan mesti pinter-pinter nyari baju supaya ga kliatan lemak dimana-mana, haha.. kamuflase 😆 

Lumayan banget untuk harga yang murah dan hanya effort jempol untuk membelinya. Hehe. Kalau ada benang-benang sisa yang belum terlepas, yasudah ya maafkan saja, huehehehe. Maklum, harga boba segelas sama harga baju ini lebih murah baju ini 😁

Step-step pembelian diatas ini juga bisa banget untuk diaplikasikan ke produk fashion yang harganya lebih mahal. Contoh di atas ini karena memang hobi dan suka penasaran aja dengan baju-baju yang harganya sangat terjangkau, kalau yang datang sesuai dengan ekspektasi (tentunya ga tinggi-tinggi banget ya harapannya hahaha), ya Alhamdulillah. Tapi kalau memang tidak muat atau kurang sreg, bisa opsi untuk dikasih ke yang lebih membutuhkan juga, hehee. Ada yang kalau belanja suka pakai cara seperti ini juga? Atau ada tips lain yang mumpuni untuk beli fashion online? Share yuk di komentar yaaa!

Semoga trik ini berguna ya untuk jajan awet dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan September 2022. Selamat berbelanja!
  


Saturday, August 27, 2022

17 Agustus yang Meriah

 Mumpung masih di bulan Agustus dan Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini bertema bebas, kali ini aku akan menuliskan pengalaman perayaan hari Kemerdekaan Indonesia yang jatuh di minggu lalu.

Menurutku, perayaan 17 Agustusan tahun ini berlangsung sangat meriah! Dari mulai tingkat negara di istana sampai ke acara di lingkungan rumah, dan juga kalau lihat postingan yang berseliweran di IG. 

Wajar saja, setelah 2 tahun pandemi dan apalagi tahun lalu 17 agustus datang masih dalam bayang-bayang gelombang Delta, Alhamdulillah tahun ini situasi (terasa) lebih kondusif dan orang-orang lebih berdamai dengan pandemi. Slogan perayaan kemerdekaan tahun ini yang berbunyi 'Pulih lebih cepat, Bangkit lebih kuat' pun terasa begitu positif dan menyemangati bangsa. 

Siaran langsung Upacara Bendera yang jadi tontonan wajib tahunan ini juga terasa lebih seru. Mulai dari Kirab Budaya (jujur aja kayaknya baru kali ini sih liatnya, karena tahun-tahun sebelumnya biasanya mulai nonton kalau sudah dekat jam 10, tahun ini tumben mantengin tv dari pagi hehehe), meriam dan Paskibraka (as always), iringan pesawat jet (yang sudah beberapa hari sebelumnya bolak balik terbang melintas di atas rumah), tarian dari Sulawesi (yang kebayang adalah mereka latihannya berapa bulan dan pasti seru naik pesawat bareng2 dari sulawesi buat perform di istana, hehe), Gita Bahana Nusantara yang arensemennya tahun ini pun terasa meriah (ada Alif Fakod! Kaltim pride!), dan walaupun sampai sekarang masih blum paham kenapa tamu undangan yth itu mesti joget sampai literally turun ke jalan (joget mah di kursi weh atuh.. kan judulnya jg masih upacara bukan konser *sewot*) ada penerjemah bahasa isyarat viral (seneng bgt krn profesi ini jadi makin dilihat, jadi inget tulisanku ttg BISINDO di sini.)

Di lingkungan rumahku sendiri, kami memutuskan untuk mengadakan perlombaan khas 17 Agustusan yang akan jadi memori masa kecil mereka. Kebetulan komplek kami ini bisa dibilang komplek tua (saya generasi ke 2 yang tinggal di RT sini), dan di jalan sini ada 3 keluarga generasi ke 2, tapi kalau di total anak2nya ada 10 orang dari 3 keluarga ini. Jadi sekalian disclaimer foto-foto dibawah ya, kenapa mereka ga maskeran, karena memang sudah setiap hari keluar masuk rumah Ibun - Mamah Tanti - Mama Sessy hehehe

seragam merah

Biar makin meriah dan nuansa merah-merahnya dapet, Mamah Tanti udah siapin seragam kaos merah untuk semua. Wah, makin kerasa suasana 17annya, apalagi di sekitar rumah Mamah Tanti dan Oma Ani sudah dipasang bendera merah putih plastik dari 2 minggu sebelumnya, jadi anak-anak makin excited!

Perlombaannya yaa ga jauh-jauh dari makan kerupuk, lomba masukkan bendera ke botol, lomba kelereng, nyanyi lagu Hari Merdeka, pokoknya lomba 17an pada umumnya deh, hehehe.. Dimulai dari setelah shalat ashar, sampai lomba penutupan abis adzan maghrib :D Hadiahnya yang melimpah ruah, dari 10 anak ini kita ortunya menyiapkan 110 kado hahaha.. Thanks to Shop** yah walaupun budgetnya ga besar, tapi bisa dapat banyak banget (yaiyalah.. orang harga hadiahnya aja ada yang 1000an, paling mahal kayaknya yoyo yang cuma 10ribuan xD ). Biar murah yang penting mereka senang, punya hadiah banyak banget dan waktu bagi hadiahnya udah kayak antri sembako haha

perlombaan pertama: makan kerupuk

tercyduk makan pake tangan


niat banget pakai bikin lintasan segala hehe


saking banyaknya kado sampai dibawa pakai kantong kresek


Alhamdulillah sangat berkesan perayaan 17 agustus tahun ini. Semoga anak-anak jadi makin cinta sama negaranya dan punya kenangan masa kecil positif yang menyenangkan 💓 

Dirgahayu Indonesia!

 

Saturday, August 6, 2022

Gaudeamus Igitur

Hari wisuda yang ditunggu-tunggu oleh semua mahasiswa merupakan hari yang penuh dengan keriaan, kegembiraan, rasa syukur, rasa bangga, dan beragam perasaan lainnya. Satu hari yang jadi 'goal' dan tak jarang juga menjadi mimpi bagi anak -sang mahasiswa- dan orang tuanya, layak untuk diperjuangkan selama bertahun-tahun dengan penuh peluh, biaya, maupun tangisan. 

Saat itu aku masih SMA. Pertama kalinya masuk ke dalam gedung Sabuga yang megah, lengkap dengan kerumunan orang-orang di luar yang pada akhirnya ku tahu mereka adalah mahasiswa anak himpunan yang akan mengarak-arak para wisudawan, juga para penjual bunga, balon, makanan dan minuman. Sangat meriah, pikirku waktu akan memasuki ruangan dalam Sabuga. 
Hari itu aku datang untuk menghadiri wisuda magister Abah di Teknik Geologi. Kebetulan Kakekku adalah Guru Besar di prodi tersebut, jadi kami dapat undangan untuk duduk di kursi VIP yang letaknya persis di depan podium. 

Acara pun dimulai. Wajah-wajah para wisudawan dan wisudawati dengan toga berwana dongker dan beludru hitam terlihat begitu sumringah. Kami berdiri ketika Rektor dan jajarannya memasuki area ruangan wisuda. Bapak Rektor dan jajaran menggunakan toga Guru Besar lengkap dengan topi dan juga kalung medali dan berjalan gagah ke podium wisuda. Lagu Mars ITB pun membahana setelah tongkat mayoret diketuk dan mengiringi langkah para petinggi ITB tersebut. Tak terasa, rasanya seperti nafas ini tertahan kagum melihat Beliau-beliau yang terhormat ini. 

Melewati prosesi wisuda yang awalnya kupikir di rumah itu sangat menegangkan, namun ternyata begitu khidmat dan juga penuh haru. Iringan lagu-lagu dari Paduan Suara Mahasiswa PSM ITB dan Angklung KPA ITB menambah kekhusyukan acara. Deretan mahasiswa berjajar menunggu giliran untuk bersalaman dengan Rektor dengan gugup. Nama demi nama pun dipanggil, dan bila tersemat predikat Cum Laude, Sabuga pun bergema dengan tepuk tangan. Terkadang Sabuga pun berisikan tawa ketika Bapak Wakil rektor membacakan kesan pesan dari para wisudawan/wati. Lagu persembahan wisudawan di sela-sela acara bersalaman juga membuat suasana Sabuga menjadi hangat dan mencair.

Aku begitu jatuh cinta pada suasana wisuda ITB di gedung Sabuga.
Dan saat itu, aku harap suatu saat aku bisa menjadi bagian dari wisudawan wisudawati yang lulus dari Kampus Ganesha.  

sumber foto


Karena waktu itu kami duduk di kursi urutan depan, kami bisa lihat dengan jelas ketika giliran Abah bersalaman dengan Rektor, Dekan, dan Kaprodi yang kebetulan waktu itu adalah Dosen pembimbingnya yang merupakan teman dari kecilnya. Dosen pembimbingnya itu kemudian menjadi salah satu promotorku, pada akhirnya :)

Abah (berjas hitam kemeja putih tanpa dasi) dan dosen pembimbingnya sekaligus promotorku, Pak Mino (Prof. Benyamin Sapiie) berdiri di sebelahnya menggunakan dasi berwarna biru muda.

Alhamdulillah, selepas SMA aku diterima di Kampus Gajah ini. Pada masa OSKM, aku memilih menjadi bagian dari paduan suara untuk upacara 17 agustus karena aku begitu terpukau dengan PSM ITB pada saat menghadiri wisuda Abah dulu. Dan kegiatan PSM ku ini terus berlanjut sampai menjadi bagian dari unit ini dan beberapa kali bertugas pada acara wisuda. Setiap kali, rasa kagum akan prosesi wisuda selalu terasa. Apalagi ketika menyanyikan lagu Mars ITB untuk memulai prosesi, rasanya bulu kudukku merinding:

'Derapkan langkah, tatap ke depan
ITB citra Ganesha..'  

Ketika sudah menjadi anak himpunan, akhirnya aku merasakan bagian wisuda dari sisi lain, yaitu arak-arakan. Seru, meriah, dan tentunya jadi momen yang tak terlupakan baik oleh para wisudawan maupun bagi kami yang menyiapkannya. 

Pak satpam yang was-was dan siap bubarin kalau ada yang berantem pas arak-arakan :D 


Yang pasti, setiap acara wisuda baik ketika bertugas di PSM maupun di Terra, memberiku semangat dan motivasi untuk menyelesaikan studiku agar aku dapat merasakan prosesi wisuda untukku sendiri. 

Setelah hampir tak pernah absen dalam acara wisuda, akhirnya pada Oktober 2009. I made it come true :) Alhamdulillah. 


Terra 2005 💓


Gaudeamus igitur (Mari kita bersenang-senang)
Iuvenes dum sumus (Selagi masih muda)
Gaudeamus igitur (Mari kita bersenang-senang)
Iuvenes dum sumus (Selagi masih muda)
Post jucundam juventutem (Setelah masa muda yang penuh keceriaan)
Post molestam senectutem (Setelah masa tua yang penuh kesukaran)
Nos habebit humus (Tanah akan menguasai kita)

Vivat Academia (Panjang umur akademi)
Vivant Professores (Panjang umur para pengajar)
Vivat Academia (Panjang umur akademi)
Vivant Professores (Panjang umur para pengajar)
Vivat membrum quodlibet (Panjang umur setiap pelajar)
Vivant membra quaelibet (Panjang umur seluruh pelajar)
Semper sint in flore (Semoga mereka terus tumbuh berkembang)
Semper sint in flore (Semoga mereka terus tumbuh berkembang)

*****

Tulisan ini dibuat untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2022. Dengan tema umum 'Cerita Cinta', kutuliskan sepenggal kisah cintaku kepada Institut kita tercinta ini. :)





    

Wednesday, July 6, 2022

Travel the world with words

Setiap hari, kita pasti berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi tersebut membutuhkan suatu bahasa yang dapat dimengerti satu sama lain. Bayangkan bila kamu berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia, dan lawan bicaramu menggunakan bahasa Eskimo, mungkin ga akan nyambung yah, hehee..

Di dunia ini, ada lebih dari 7000 bahasa yang digunakan oleh lebih dari 7 miliar orang di muka bumi. Kebayang kan, banyak banget. Ga usah jauh-jauh, di Pulau Jawa ini aja ada banyak bahasa, misal bahasa sunda, bahasa jawa, bahasa betawi.. Bahasa sunda juga ada bahasa sunda halus dan bahasa sunda yang digunakan sehari-hari, bahasa jawa juga begitu. Belum lagi dialek yang digunakan yang mungkin membuat kata yang sama menjadi berbeda pengucapannya. Ya Allah, meni rieut! (hayoo.. yang bukan sunda ngerti ga ama kalimat ini? hihihi)

Bahkan nama negara dalam bahasa aslinya dan yang disebutkan di negara lain berbeda. Contoh: England jadi Inggris dalam bahasa Indonesia.
sumber

Ada 10 bahasa yang paling banyak digunakan di dunia: Bahasa Inggris, Mandarin, Hindi, (yhaa jelas aja, populasi tionghoa dan india salah satu yang paling banyak didunia) dannn singkat kata, peringkat ke 10 ternyata diduduki oleh bahasa Indonesia! Alhamdulillah ya udah jadi native speaker bahasa Indonesia jadi ga perlu belajar lagi.. 😂

Mempelajari suatu bahasa ternyata mempunyai manfaat yang banyak, yaitu: meningkatan memori atau daya ingat, membuat otak bertumbuh, meningkatkan kecerdasan non verbal, meningkatkan rentang fokus, dan masih banyak lainnya. Jadi, ga ada rugi nya untuk pelajari bahasa lain selain bahasa Ibu kita sendiri. 


Cita-cita dulu

Sewaktu masih young, wild and free (baca: pas sma dan kuliah) aku selalu tertarik dengan bahasa dan punya cita-cita untuk menguasai 5 bahasa. 
Alasannya? Ya biar keren aja gitu di CV. hahaha. Alasannya ga penting, yah? 😛 Ga deng.. alasannya adalah supaya kalau nonton film atau drama bisa ngerti kalau ga pakai subtitle text nya. Huehehehe. Alasan utama nya sih supaya bisa berkomunikasi dengan orang lain di luar negeri.. Maklum, dulu masih bercita-cita buat bisa hidup sekolah dan belajar di luar negeri 😁

Bahasa yang pernah aku pelajari selama ini: Bahasa Inggris (jelas.. kan jadi pelajaran wajib juga kalau dulu mah), Bahasa Jepang, Korea, Italia, Arab, Jerman.. Walaupun belajarnya ga sampai selesai dalam artian bisa cas cis cus dalam bahasa-bahasa tersebut, tapi lumayan lah masih bisa tahu kalimat sehari-hari dan bisa membedakan atau mengenali kalau ada orang-orang yang bicara dalam bahasa tersebut, terutama bahasa Korea yang sekarang dipakai sehari-hari (nonton drama atau variety show Korea tiap hari, maksudnya) 

Belajar bahasa waktu dulu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum ada aplikasi-aplikasi yang free untuk belajar bahasa seperti yang tersedia sekarang dan juga belum populer youtube yang mengajarkan tentang bahasa tertentu. Untuk mempelajarinya, kita harus datang ke tempat kursus atau pelajari sendiri dari buku yang dijual di toko buku.

Untungnya, untuk mahasiswa, ada UPT Bahasa di ITB yang menyediakan kursus-kursus bahasa dengan harga yang terjangkau. Salah satu kursus yang saya ambil di UPT adalah kursus bahasa Italia, dengan pengajar yang native (orang Italia asli). Sayangnya, kursusnya harus berhenti di level 2 karena pengajarnya harus pulang karena bermasalah dengan visa nya, hiks. Sekarang, sepertinya di UPT juga masih tersedia kursus namun belum tahu kebijakannya selama pandemi bagaimana.

bukan, ini mah bukan yang ngajar di upt itu. minjem pp fb nya paksu waktu di itali.
naha yah kalau kita yang foto estetiqueee, kalo kebalikan mah suka ngeblur (curcol :p)


Di Salman juga dulu menyediakan kursus bahasa Arab. Cuma bertahan 1 level di Salman karena ketinggalan jauuuuhhh banget sama teman-teman sekelas yang rata-rata dari Unisba dan tentunya sudah familiar dengan kosa kata Arab :')

Ohiya, kita juga bisa pelajari bahasa asing di lembaga kedutaan. Seperti waktu belajar bahasa Jerman di Goethe Institute Bandung di jalan Riau. Belajar bahasa Jerman di Goethe cukup menyenangkan dan terstruktur, saya menghabiskan 2 level disana. Kalau di Bandung, bisa juga belajar bahasa Prancis di IFI bandung, letaknya di depan BEC.

Untuk bahasa Korea (dulu Kpop belum se-booming sekarang, dan kursus bahasa korea masih jarang banget), kebetulan dulu menemukan Homey Korean Languange Club dan ini sangat-sangat terjangkauuu karena bayar pendaftaran aja. HKLCC diinisiasi oleh Park Seonsaengnim, dan seperti club lainnya, yang mengajar adalah senior-senior yang sebelumnya sudah belajar di HKLCC. Tempatnya sendiri waktu itu menggunakan SMP di sadang serang (lupa smp berapa). Aku rekomen ini sih untuk anak2 smp sma atau kuliahan di Bandung, hehe


Cita-cita NOW

Tentuuu dong cita-cita buat bisa berbagai macam bahasa belum menguap walaupun sudah beranak 2. Walau tipis kemungkinan buat studi diluar negeri, tapi tetapp alesan no 2 yang diatas tadi bisa digunakan. Kali-kali aja gitu nanti bisa ngobrol sama Kim Seon Ho 😍

안녕하세요, 오빠


Beberapa bulan lalu, sempat merefresh pelajaran bahasa korea dan surprised, di youtube banyak sekali yang mengajar tentang bahasa korea! Salah satu youtube yang kuikuti adalah youtubenya Bandung Oppa , menurutku lumayan terstruktur. Dan cari aja worksheet untuk Hangul (huruf korea) supaya kita terbiasa dengan alfabet korea, banyaaak di google. Huruf jepang (katakana dan hiragana) juga banyak ditemukan di google. Aplikasi-aplikasi seperti duolingo, babel dll untuk mempelajari bahasa asing pun banyak bertebaran di app atau play store. Masya Allah ya kecanggihan teknologi dan juga perks of pandemic kayaknya, dimana hampir semua orang belajar di rumah aja jadi banyak yang menyediakan pengajaran berbasis online. 

Ada satu bahasa baru lagi yang belakangan ingin kupelajari. Yaitu.. bahasa isyarat! 
Berawal dari pemesanan g*jek dan qadarallah beberapa kali mendapat driver yang tuna rungu atau wicara sehingga mereka menggunakan bahasa isyarat ketika mengambil pesanan di rumahku. Tentu aku ga bisa membalas bahasa isyarat mereka dan akhirnya aku buka masker supaya mereka dapat membaca gerakan bibir atau menulis di notes. Btw aku sangat mengapresiasi ini sih karena mungkin teman-teman disabilitas agak kesulitan dalam mencari pekerjaan yang sesuai, ya.  

Alfabet dalam bahasa isyarat Indonesia
sumber


Di Indonesia sendiri, ada ratusan ribu penyandang tuna wicara dan tuna rungu. Ada dua bahasa isyarat di bahasa Indonesia yaitu SIBI dan BISINDO (lihat perbedaanya di tempo). Di dunia sendiri, belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan, karena setiap negara mempunyai bahasa isyarat yang unik jenisnya, misal American Sign Languange (ASL) atau British Sign Language yang berbeda. 

Untuk awal, kita bisa melihat yotube untuk mempelajari atau membiasakan diri dengan kata-kata dasar seperti terima kasih, maaf, dan sebagainya dalam bahasa isyarat. Kita bisa langsung mencari dengan kata kunci bahasa isyarat atau sign language misalnya di video ini. Bisa juga lewat PUSBISINDO, namun sayangnya aku sepertinya belum bisa berkomitmen kalau ikut kursus, jadi hanya bisa pelajari lewat youtube saja. 

Duh, gara-gara Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog jadi semangat lagi nih untuk mengejar lagi cita-cita buat pelajari bahasa-bahasa yang baru. Yuk ah mah semangattt belajar yuk! 💗





Thursday, June 30, 2022

Kisah Pagi

Pagiku biasanya dimulai dengan mematikan alarm di hp, yang dilanjutkan dengan mematikan rentetan snooze alarm berikutnya.

Pagi yang senyap, tanpa ada huru hara panggilan rengekan dan tangisan duo kakak adek, merupakan momen berharga yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Secuil me time, begitulah kira-kira. Hehe.
Inginnya sih me time nya sewaktu malam setelah anak-anak tidur, namun belakangan ini mah, boro-boro. Yang ada juga seringnya aku yang ketiduran duluan sewaktu ngelonin mereka :D

Sehabis berhasil mematikan alarm (jangan tanya alarm yang keberapa, ya! haha) dan menyingkap selimut, biasanya ku langsung minum air putih yang memang hampir selalu kusiapkan segelas di kamar. Biar segar, dan biar benar-benar 'bangun'. Dan ternyata, setelah barusan googling, banyak manfaat untuk minum air putih pada saat bangun tidur dan perut kosong, misalnya untuk membantu metabolisme tubuh, detoksifikasi tubuh yang lebih cepat, dan lainnya.

Setelah habis minum dan sudah 'kumpul nyawa', waktunya wudhu dan sikat gigi. Atau sikat gigi baru wudhu. Kebolak balik aja tergantung mood di kamar mandi maunya ngapain dulu. (Paragraf ini memang random, aku tau. :p) Yang jelas, ternyata setelah googling (lagi), mencuci tangan, berwudhu dan sikat gigi / bersiwak adalah sebagian sunah nabi tentang adab ketika baru bangun tidur.  Masya Allah ❤️ Padahal selama ini mah sikat gigi dan wudhu dilakukan hanya supaya bawaannya badan menjadi segar, dan kantuknya hilang, tp Insya Allah bisa diniatkan jadi ngerjain sunah jg ya, hehe

Morning coffee juga jadi teman pagi semenjak beberapa tahun belakangan ini. Biar kuat dan waras menghadapi hari, ceunah mah. Sambil minum kopi, bisa sambil baca buku, atau nerusin drakor yang niatnya mau ditonton semalem tapi ketiduran. Lumayan lah, 15-20 menit ngecharge jiwa xD





Bicara tentang rutinitas pagi, ada satu 'jam tubuh' yang penting yang ga bisa dilewatkan. Ya itu, jam-jam 'panggilan alam'. Wkwk. Entah kenapa, aku tu tipe yang kalau jam nya atau rutinitas pagi yang kutulis dari paling atas ini ada yang kelewat, hilanglah golden momen hari itu. Huhu. Dulu lebih parah, bisa-bisa kalau kelewat bisa migrenn dan badannya berat ga enak gitu seharian. Sekarang, ga sampai migren banget sih, tp larinya jadi ke timbangan badan jadi nambah berat badan haha.. Ampun deh pokonya. XD 
Setelah googling (entah yang keberapa kali hari ini), ternyata memang pada jam-jam pagi ini, pergerakan usus besar sedang tinggi. Jadi, wajar saja. Huehehe.


Yah, begitulah kira-kira kisah pagi hariku.
Karena sudah mepet waktu deadline Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog, mari kita cukupkan cerita random tentang keseharian pagi sampai disini. :D
Selanjutnya, mari kita bersemangat menjalani hari dengan sebaik-baiknya semampu kita :)
Semangat Pagi!


Wednesday, June 15, 2022

Dear, kakak.

Tema untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog kali ini susah.. tentang Parenting. 

Parenting sendiri, menurutku, adalah hal yang sangat sulit. Rumit. Berkaitan dengan segala aspek. Menyangkut tentang mahkluk hidup, dan keberlangsungan hidup. Non stop. Setiap saat, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. 

Apalagi, parenting sebelum dan sesudah pandemi. Berbeda. Jauh.

Disclaimer: 

I don't feel like I'm a good mom. No, i'm not. Jika postingan dibawah terasa lebih mengandung curhat daripada advice, mohon dimaafkeun. :)

********

Sebelum pandemi, everything's seems fine, and on track.

Di umur di bawah 5, si kakak yang sudah mulai sekolah dari umur 2.5 tahun, ikut juga dengan berbagai les. TPA tiap sore, lego, bola. No pressure, karena dia senang dengan semua subyeknya. He always smile, and happy. I'm  proud too with his achievement.

Tiap sore pun, kami pun selalu keluar untuk bermain di luar rumah. Aku selalu usahakan supaya anak2 bermain berlarian di depan rumah, berkeringat, bersosialisasi dengan teman-teman, atau paling tidak, menghirup udara segar, menikmati dan mengamati alam sekitar. Supaya tidak bosan di rumah, dan yang juga penting: less gadget. 

And then, pandemic hit.

Beberapa bulan pertama #dirumahaja, kita semua masih senang-senang saja di rumah. Kegiatan dirumah diisi dengan berbagai aneka eksperimen sains seru yang kita lihat di buku dan pinterest. He's still happy, dan banyak milestones yang tercapai waktu awal pandemi karena saya bisa leluasa mengajarkan seperti: bisa membaca. 

But who knows, pandemic will last for this long?

*****

Semakin lama di rumah, semakin bosan lah dia. Dan semakin lelah juga kami. Gadget pun menjadi lebih sering menyala di rumah. Mungkin keadaan ini terjadi di hampir setiap rumah, ya. Sekolah online, les online dan saya tambahkan satu les bahasa inggris dengan harapan, bisa mengisi waktu di rumah agar dia tidak bosan dan paling tidak bertemu dengan teman sebayanya di online. 

Tapi ternyata saya salah. Dia tidak enjoy dengan les (via zoom). 

Dan saya, bukannya berempati, malah terus mendesak dia agar do better and better karena saya lihat teman-temannya bisa. Saya lupa, bahwa milestone anak berbeda-beda. Bahwa kesukaan anak berbeda-beda. Saya juga lupa, bahwa ditambah dengan kehadiran adiknya, perhatian kami terbagi, dan walaupun dia adalah kakak, dia tetap masih berumur 5 tahun. Dan sayangnya, saya baru menyadari lagi hal ini di akhir-akhir ini. 

Ketika pergantian jenjang sekolah dari TK ke SD tahun lalu, masih dimasa pandemi yang sedang dalam puncak-puncaknya, ditambah dengan kepindahan kami ke kota lain, mungkin membuat dia, dan saya, kewalahan. Adaptasi dengan cara belajar yang lebih serius dan juga dengan lingkungan baru membuat dia menjadi stress. Ya, saya bisa lihat bahwa dia stress. Tapi lagi-lagi, bukannya berempati, saya mendesaknya lagi, karena lagi-lagi, saya melihat pencapaian teman-temannya.

He's no longer smile a lot. 

******

I know we need to change. I miss his old self who always smile, always happy. But I'm fully aware that I am the person who made him like this. Ketika mereka ada di rumah 24 jam bersama kita, siapa lagi yang membentuk mereka seperti ini? Tentu saja kita. 

Beberapa penyebab yang kupikir membuat burn out menjadi orangtua, adalah:

1. Gadget.

Walaupun memang benar gadget diperlukan untuk sekolah online, tapi karena itu juga dia jadi kenal berbagai game dan tentunya menonton youtube. Masalahnya, ketika dia sudah kenal itu, dia jadi ketagihan. Dan kalau sudah menonton, menjawab ketika dipanggil saja pun tidak. Dan karena itu, saya jadi marah-marah. Walaupun ada time limit, tapi terkadang tidak segampang itu untuk dijalani dalam kesehariannya. (Saya sendiri) perlu lebih disiplin dalam mengatur 'jatah' gadget.

2. Ga usah lihat anak-anak lain

Setiap anak punya milestone sendiri. I repeat that to myself. Anak laki-laki pun berbeda milestonenya dengan anak perempuan. Ga usah banding-bandingin dengan anak-anak lain di kelas, apalagi di sosmed. Just encourage him and compliment him if he make another achievement. 

3. Marah dan tantrum

Marah itu bagiku seperti lingkaran setan. Dia marah, aku marah. Dia tambah marah, aku tambah marah. Ga habis-habis jika marah dibalas dengan marah. Step back, calm yourself first, then you'll be able to calm your child. 

*******

Karena dia sudah terlanjur berubah, yang sekarang bisa kulakukan dan jadi fokusku saat ini adalah agar dia tidak ada inner child yang akan mempengaruhi kesehatan mentalnya kelak. I've done a lot of wrong things to him, and I still do sometimes, here and there. 

Ada satu kutipan buku yang belakangan terngiang,

'How can you care for others if you cannot even care for yourself? 

How can you do good if you don't even feel good? 

I can't love you if I cannot love myself.'

-from The Monk who sold his Ferrari (R.S. Sharma)

Memang betul anak seperti kertas kosong, yang akan tergantung kita akan membuat origami berbentuk apa. Anak-anak, akan dibentuk oleh perlakuan kita kepadanya. I want him to be happy. Jadi yang (sedang dan masih akan kuusahakan) kulakukan sekarang adalah:

1. Emphaty

Posisikan diri pada posisinya. Rasakan apa yang kira-kira ia rasakan. Pedulikan perasaannya. Minta maaf dengan tulus ketika kita kelepasan memarahinya (lagi) karena kita ga tahu ingatan dia yang mana yang akan dia ingat sampai besar.

2. Lower my expectations

Sejujurnya, bahkan dalam urusan akademik sekarang udah ga berharap dia akan bisa ini itu, prestasi ini itu. Untungnya, sekolahnya juga sepertinya santai, bukan yang terlalu mengejar akademis. Segala les online itu? Sudah bye-bye dari dulu demi kewarasan umat. :)

3. Give love

dengan bilang 'Ibun sayang kakak', dengan banyak pelukan, dengan obrolan tanpa distraksi, dengan hadir membersamai di kegiatannya.. kerasa banget deh, ketika kita 'melembut' dengan dia seperti ini, marah2nya dia menjadi berkurang, dia juga jadi lebih menurut dan mendengar kita..

Dan untukku agar bisa melakukan ketiga hal diatas, seperti yang dikatakan kutipan buku tersebut, I give love to myself first. I make myself happy, and I'll care more about myself. So I will ready to give my children happiness. :)

******

I Love you, dear Kakak.

And we will be happy :)



******

I'm writing this post so that you, my dear readers, can learn from my mistakes and won't repeat the same mistakes like I did. Your child is precious. So are mine.  

And to all mothers out there, 

just in case no one told you this yet today:

'You are doing good. Thank you for your hard work in raising your children.'

With love,

Aiti,    





Monday, May 30, 2022

Book review: Empowered ME (Mother Empowers)

Waktu menyelesaikan target baca buku bulan lalu, pilihan buku jatuh pada buku yang diberikan oleh teman, Putri, dan yang kebetulan juga ditulis oleh teman sendiri, Puty. Sebetulnya sudah ingin beli dari pas PO sebelum terbit, namuun krn masih banyak 'utang' buku yang belum dibaca, ditahan-tahan dulu untuk belinya dan masuk ke daftar wishlist. Memang kalau rezeki tuh ga kemana, ya, hehehe..

Setelah baca, i've been meaning to write a review about this book, dannnn pas banget sama tema Nulis Kompakan Mamah Gajah Ngeblog bulan ini. :)

Judul bukunya: Empowered ME (Mother Empower)



*****

As a background story kenapa aku ingin banget untuk ngereview buku ini adalah: Aku setuju banget dengan pemikiran dari Puty agar setiap Ibu (dan Istri) bisa menjadi Ibu yang mandiri. Well, we never know what will happen in the future. Dulu, waktu masih awal menikah dan baru lahir 1 anak, bayangan untuk hidup bahagia bersama keluarga sampai anak-anak besar dan menua bersama pasangan terasa sangat nyata. Sampai, dengan tiba-tiba dan pada saat yang berdekatan, ada 2 teman (bahkan salah satunya sahabat dekat aku) yang kehilangan suaminya. Tidak ada sakit apa-apa sebelumnya, tanpa ada peringatan, hidup pastinya sangat berubah. Dari situ, aku mulai merubah cara pikir dan pandang, bahwa aku (istri) harus berdaya, kuat dan mandiri. 

*****

Buku ini menggambarkan proses bagaimana untuk menjadi Ibu yang berdaya. Dimulai dengan pengertian tentang Ibu berdaya itu sendiri yang sering kali disalahartikan dengan Ibu yang memiliki penghasilan yang banyak. Buku ini meluruskan dari hal tersebut dan berangkat dari sana, perjalanan untuk menjadi Ibu berdaya pun dimulai. 

Isi dari buku ini sistematis, ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan khas Puty, dengan ilustrasi-ilustrinya yang memberikan kesan 'segar' pada buku ini. Walaupun begitu, sebenarnya isi dari buku ini sangat berbobot, dapat terlihat bahwa Puty menggunakan banyak literasi untuk menyusun buku ini. Hal yang penting lainnya adalah, isian dari buku ini terasa sangat applicable, bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk awal, misalnya, kita dapat mengaplikasikan beberapa bagian dari buku ini ke kehidupan kita. Seperti: menentukan tujuan, cara menentukan prioritas, dan sebagainya. 

Ada beberapa worksheet yang dapat kita isi sendiri sehingga kita sendiri yang dapat menganalisis apa yang kita butuhkan, apa tujuan kita, atau apa kelebihan dan kekurangan kita agar kita dapat maju atau move on untuk menjadi lebih baik. Buku ini seperti tidak menggurui melainkan seperti memberikan canvas dalam koridor terarah untuk mencapai tujuan menjadi Ibu yang berdaya. 




Buku ini terasa sangat 'ngena' dan terkadang 'gw banget' karena buku ini ditulis dengan memanfaatkan pengalaman dari Puty sebagai seorang Ibu dan sekaligus content creator yang menurut saya pribadi, sangat berdaya. Contoh-contoh kasusnya terasa sangat riil dan seperti 'everyday life'

I would love to recommend this book to every mother out there. Untuk setiap ibu dan istri agar lebih berdaya, untuk diri sendiri, keluarga dan lingkungan. 

Thank you, Puty, for writing such a great 'mom-help' book :)


Wednesday, May 11, 2022

Bumbu kacang yang membumi

Rasa-rasanya, kuliner di Indonesia khususnya di Pulau Jawa ini banyak yang menggunakan kacang sebagai bahan utama sausnya. Sebut saja, sate, pecel, siomay atau baso tahu, batagor, dan terkadang juga saus kacang bisa kita temukan sebagai pelengkap berbagai makanan gorengan. Mungkin, hal ini ada kaitannya karena 3 provinsi penghasil kacang tanah terbesar berada di Pulau Jawa, sehingga kacang tanah akan menjadi mudah dan murah untuk ditemukan disini. 

Di berbagai provinsi di Pulau Jawa pun, memiliki kekhasan atau ciri tersendiri dalam olahan bumbu kacangnya. Meskipun bahannya mungkin beda-beda tipis saja, tapi bahan dasarnya tetap sama: kacang tanah. 

Mengutip dari wikipedia:

"Bumbu kacang Indonesia menggambarkan citarasa yang canggih dan membumi, bukan sekadar saus manis dan kental seperti kebanyakan saus kacang di tempat lain. Kacang tanah tumbuh subur di iklim tropis Asia Tenggara. Kini dapat ditemui dicincang halus, dan menjadi taburan di atas berbagai hidangan atau sebagai saus celup. Bumbu kacang mencapai tingkat palng rumit dan canggih di Indonesia, dengan keseimbangan citarasa yang halus yang didapat dari berbagai bahan tergantung resep bumbu kacang tersebut; kacang tanah goreng, gula jawa, bawang putih, bawang merah, jahe, asam jawa, air jeruk nipis, serai, sambal, cabai, merica, kecap manis, semuanya dicampur air matang agar mencapai tekstur dan kekentalan yang tepat"

   
Berhubung saya adalah orang Sunda yang besar di Jakarta, dan a big lover of peanut, saya punya beberapa makanan favorit yang memadukan antara gurihnya bumbu kacang dan kesegaran sayuran, yaitu:

1. Ketoprak Jakarta

ketoprak abang-abang yang lewat depan rumah.
menu sarapan favoritku di jkt!

Ketoprak jakarta ini memadukan ketupat, tahu putih goreng, toge rebus, bihun, dan tentunya tak lupa bumbu kacang dan kerupuk. Terkadang diberi tambahan potongan timun atau di beberapa tempat diberi tambahan telur dadar. Uniknya dari ketoprak (abang-abang yang lewat) ini, saus kacangnya dibuat di piringnya langsung. Menggunakan kacang tanah yang sudah dihaluskan, potongan bawang putih dan cabai, dan ditambah dengan air asam. Tekstur bumbunya biasanya halus dan rasanya cenderung asin gurih. Bisa ditambah kecap manis dan bawang goreng sebagai pelengkap rasa. Biasanya disajikannya belum diaduk sama abangnya, seperti difoto atas ini.

Saking doyannya sama ketoprak, dulu pas tinggal di Balikpapan mah sampai bela-bela in bikin sendiri karena dulu pas awal-awal tinggal disana, jaraaang bgt yg jualan ketoprak yang rasanya seperti yang dijual abang-abang yang lewat depan rumah, hihihi

2. Lotek Bandung

Lotek Bandung.
sumber foto dari sini.

Satu hal rasa yang paling dominan atau ciri khas dari lotek bandung adalah: rasa cikur (kencur)! 
Rasa inilah yang membedakan rasa lotek bandung dengan makanan sejenis seperti gado-gado jakarta atau pecel. Biasanya bumbu kacang dari lotek Bandung agak bertekstur kasar bila dibandingkan dengan ketoprak, dan terasa asin gurih dan terasa kencurnya. Untuk penyajiannya biasanya aneka sayuran dan juga potongan tahu, tempe dan lontong diaduk di cobeknya langsung, dilengkapi dengan potongan telur rebus dan taburan bawang goreng dan kerupuk. hmmmmm yummy!


3. Gado-gado Tengku Angkasa, Bandung

Gado-gado Tengku Angkasa
Sumber foto dari sini.

Gado-gado Tengku Angkasa mah udah jadi makanan favorit keluargaku selama puluhan tahun. Pertama kali kesini sepertinya sewaktu masih kecil, dan tetap jadi gado-gado terfavorit sampai sekarang. Ada di jalan Tengku Angkasa, Bandung, dekat dari dago dan ITB. Sayuran rebus yang digunakan antara lain kol rebus, tauge, kentang, tahu putih, lontong, dan selada fresh, Untuk tampilannya, seperti gado-gado siram surabaya karena saus kacangnya memang langsung disiram diatasnya sayuran. Ditambah dengan pelengkap telur rebus, bawang goreng dan kerupuk. Tekstur saus kacangnya ini halus dan creamy, bumbunya melimpah. Rasanya agak manis dan gurih, enakkkk banget. 

Satu porsinya ini banyak bangetttt ya, untuk orang yang makannya sedikit mah mending pesan satu porsi untuk berdua. Di Gado-gado Tengku Angkasa ini juga ada nasi Rames yang banyakkk menunya dan enak-enak juga. Sayang pas mudik kemarin warungnya masih tutup, jadi ga bisa beli ini huhu

Selain ketiga makanan ini, masih banyak lagi makanan berbumbu kacang yang jadi ciri khas kota Bandung dan Jakarta, seperti karedok yang menggunakan sayuran mentah, atau gado-gado jakarta yang menurutku mirip lotek hanya minus rasa cikur, hehe

Sambil nulis jadi laper dan kabita pengen makan bumbu kacang, hehe. 
Yuk ah mah, mumpung abis mudik dan ikut tantangan blogging mamah gajak ngeblog bulan ini, share yaah biasanya di kota kalian punya makanan berbumbu kacang apa? :)




Tuesday, April 19, 2022

Menatap Senja

Dalam satu hari, sore merupakan waku favoritku. 

Ketika panasnya siang sudah mulai mereda, ketika semilir angin sepoi yang menyejukkan bertiup, ketika cahaya mulai temaram dan matahari mulai bergulir bersiap untuk tergantikan oleh kehadiran bulan.

Ketika rutinitas yang biasanya padat di pagi dan siang hari mulai usai dan ketika anak-anak komplek bermain berlarian di depan rumah-rumah. 

Dongakkan kepala dan lihatlah ke atas, betapa langit begitu luas, kadang dipenuhi awan beraneka bentuk, kadang seperti canvas kosong berwarna. Semburat jingga yang dipancarkan oleh matahari terbenam dipadu dengan birunya langit di kejauhan. Sering ku terbenam dalam pikiran, bagaimana rasanya bisa terbang ke atas sana, mengarungi keagungan itu dalam kesendirian, sunyi, sepi, dan mungkin menenangkan. 

Kualihkan pandangan ke bawah, dan melihat bunga-bunga liar kecil yang bertahan hidup tanpa ada yang menyemai. Namun sama indahnya dengan bunga-bunga mahal yang berharga puluhan atau ratusan ribu. Rumput-rumput dan pepohonan yang bergoyang ditiup oleh angin, seakan menari-nari pelan.

Menikmati senja mungkin merupakan waktu healingku dalam satu hari. Sejenak melepaskan diri dari kepenatan yang terjadi sedari pagi dan sekedar menarik napas untuk menyadari keindahan-keindahan yang diberikan sang Pencipta.


Pemandangan senja di komplek rumah sewaktu di Balikpapan,
tempat healingku selama pandemi melanda.
Langit Balikpapan yang selalu kurindukan :)

***

Ada satu lagu yang dulu dikenalkan oleh teman yang sering masih terngiang ketika sore hari tiba. Don't judge first because it's idol who sings it, but it has a good lyrics anyway, 

Lirik dari JKT 48 Apakah Kau Melihat Mentari Senja.

Merasakan angin di saat musim berganti
Dan menyadari bunga di sebelah kaki
Jika dapat mensyukuri keberadaan kecil itu
Kita dapat rasakan kebahagian


Apakah kau melihat langit mentari senja
Waktupun berlalu dan sosoknya
Terlihat begitu indah yes
Begitulah hari ini berakhir
Malam yang mengulang baru
Semua telah datang


bunga putri malu

***

Menatap langit, menikmati semilir angin, merasakan dan mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi di sekeliling pada waktu senja tiba merupakan aktivitas yang kutunggu, bahkan kuperlukan. Walaupun tetap membersamai anak-anak bermain bersama teman-teman, kuluangkan waktu sekedar 5 menit untuk fokuskan diri kepada keheningan dalam diri. Setelah seharian bergulat dengan kehidupan di rumah yang penuh dengan bising, kuperlukan kesunyian itu untuk mengisi ulang stok kesabaran dalam menghadapi sisa hari. 

Pun ketika dulu masih bekerja di kampus, kusempatkan waktu sesaat untuk duduk diam di taman kampus sebelum pulang, karena ku tahu bahwa tidak ada lagi waktu menjadi 'aku' ketika sampai di rumah nanti. Agar ku bersiap untuk berganti peran menjadi ibu, istri, atau menantu. Sekadar (lagi-lagi) menatap langit, membaca beberapa halaman buku, atau memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di jalan sambil menerka-nerka, apa yang sedang ada dalam pikiran mereka sore ini?


Semburat senja jingga


***

Akan kuajak dirimu wahai pembaca untuk menikmati senjamu hari ini. 

Apakah kau sudah melihat langit?

Apakah kau sudah merasakan semilir angin?

Apakah kau dapat menemukan bunga-bunga liar di sekitar trotoar yang mungkin biasanya luput dari pandangan matamu ketika berjalan?

Apakah kau sudah memberikan waktu kepada dirimu sendiri hari ini?

Mari kita lihat. Mari kita temukan. Temukan langit, angin, bunga, dan waktu. Mari kita syukuri keberadaan mereka agar kita dapat mensyukuri keberadaan kita dan keberadaan apa-apa yang kita miliki. 

***

Sore ini hujan. Tidak mengapa. 

Entah itu cerah, mendung, hujan, akan kunikmati sore ini seperti sore-sore sebelumnya. 

***

Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April.

Selamat menikmati senja, Mamah :)