Dalam satu hari, sore merupakan waku favoritku.
Ketika panasnya siang sudah mulai mereda, ketika semilir angin sepoi yang menyejukkan bertiup, ketika cahaya mulai temaram dan matahari mulai bergulir bersiap untuk tergantikan oleh kehadiran bulan.
Ketika rutinitas yang biasanya padat di pagi dan siang hari mulai usai dan ketika anak-anak komplek bermain berlarian di depan rumah-rumah.
Dongakkan kepala dan lihatlah ke atas, betapa langit begitu luas, kadang dipenuhi awan beraneka bentuk, kadang seperti canvas kosong berwarna. Semburat jingga yang dipancarkan oleh matahari terbenam dipadu dengan birunya langit di kejauhan. Sering ku terbenam dalam pikiran, bagaimana rasanya bisa terbang ke atas sana, mengarungi keagungan itu dalam kesendirian, sunyi, sepi, dan mungkin menenangkan.
Kualihkan pandangan ke bawah, dan melihat bunga-bunga liar kecil yang bertahan hidup tanpa ada yang menyemai. Namun sama indahnya dengan bunga-bunga mahal yang berharga puluhan atau ratusan ribu. Rumput-rumput dan pepohonan yang bergoyang ditiup oleh angin, seakan menari-nari pelan.
Menikmati senja mungkin merupakan waktu healingku dalam satu hari. Sejenak melepaskan diri dari kepenatan yang terjadi sedari pagi dan sekedar menarik napas untuk menyadari keindahan-keindahan yang diberikan sang Pencipta.
Pemandangan senja di komplek rumah sewaktu di Balikpapan, tempat healingku selama pandemi melanda. Langit Balikpapan yang selalu kurindukan :) |
***
Ada satu lagu yang dulu dikenalkan oleh teman yang sering masih terngiang ketika sore hari tiba. Don't judge first because it's idol who sings it, but it has a good lyrics anyway,
Lirik dari JKT 48 Apakah Kau Melihat Mentari Senja.
Merasakan angin di saat musim berganti
Dan menyadari bunga di sebelah kaki
Jika dapat mensyukuri keberadaan kecil itu
Kita dapat rasakan kebahagian
Apakah kau melihat langit mentari senja
Waktupun berlalu dan sosoknya
Terlihat begitu indah yes
Begitulah hari ini berakhir
Malam yang mengulang baru
Semua telah datang
bunga putri malu |
***
Menatap langit, menikmati semilir angin, merasakan dan mensyukuri hal-hal kecil yang terjadi di sekeliling pada waktu senja tiba merupakan aktivitas yang kutunggu, bahkan kuperlukan. Walaupun tetap membersamai anak-anak bermain bersama teman-teman, kuluangkan waktu sekedar 5 menit untuk fokuskan diri kepada keheningan dalam diri. Setelah seharian bergulat dengan kehidupan di rumah yang penuh dengan bising, kuperlukan kesunyian itu untuk mengisi ulang stok kesabaran dalam menghadapi sisa hari.
Pun ketika dulu masih bekerja di kampus, kusempatkan waktu sesaat untuk duduk diam di taman kampus sebelum pulang, karena ku tahu bahwa tidak ada lagi waktu menjadi 'aku' ketika sampai di rumah nanti. Agar ku bersiap untuk berganti peran menjadi ibu, istri, atau menantu. Sekadar (lagi-lagi) menatap langit, membaca beberapa halaman buku, atau memperhatikan orang-orang yang lalu lalang di jalan sambil menerka-nerka, apa yang sedang ada dalam pikiran mereka sore ini?
Semburat senja jingga |
***
Akan kuajak dirimu wahai pembaca untuk menikmati senjamu hari ini.
Apakah kau sudah melihat langit?
Apakah kau sudah merasakan semilir angin?
Apakah kau dapat menemukan bunga-bunga liar di sekitar trotoar yang mungkin biasanya luput dari pandangan matamu ketika berjalan?
Apakah kau sudah memberikan waktu kepada dirimu sendiri hari ini?
Mari kita lihat. Mari kita temukan. Temukan langit, angin, bunga, dan waktu. Mari kita syukuri keberadaan mereka agar kita dapat mensyukuri keberadaan kita dan keberadaan apa-apa yang kita miliki.
***
Sore ini hujan. Tidak mengapa.
Entah itu cerah, mendung, hujan, akan kunikmati sore ini seperti sore-sore sebelumnya.
***
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan April.
Selamat menikmati senja, Mamah :)