Jika membicarakan tentang daerah asal, ketiga kota yang kebetulan berinisial sama yaitu huruf B menjadi kota yang masing-masing menjadi 'Rumah' untuk setiap fasa kehidupanku.
Ketiga kota ini sama-sama penting, sama-sama nostalgic, sama-sama mempunyai cerita.
****
Bandung
Kota kembang ini adalah awal mula kehidupanku sebagai manusia. Ya, aku lahir di Bandung, kota yang berhawa sejuk di ketinggian sekitar 700 mdpl. Yang menjadi memori masa kecilku yang selalu terkenang adalah kota ini menjadi tujuan ketika mudik Lebaran. "Jangan lupa bawa sweater," ujar mama kepadaku setiap kali kami akan berangkat mudik naik mobil melewati jalur Puncak. Aku sewaktu kecil sangat gembira dan tak sabar ingin bertemu dan berkumpul dengan sepupu-sepupu yang jumlahnya sangat banyak itu. Maklum, keluarga mamaku keluarga besar dengan 11 orang kakak/adik. Persis seperti yang ada di meme atau gambar yang banyak dibagikan ketika menjelang lebaran, dimana di rumah Nenek kasur-kasur berjajar di ruang tengah dan kami tidur disana beramai-ramai. Ketika selesai dari shalat Ied, tradisi bersalam-salaman membuat 'ular naga' yang panjangnya bukan kepalang. Paling asyik kalau sudah tiba waktunya bagi-bagi uang lebaran, para persepupuan ini akan mengantri dari yang paling muda sampai paling tua. Wah, berasa jadi orang kaya mendadak! Dengan dompet tebal penuh uang baru, kami para sepupu ini suka berjalan-jalan naik angkot Cisitu-Tegallega ke Cihampelas sambil melihat patung superhero di sepanjang jalan ini sebelum kami ganti angkot ke BIP atau ke Kings. Seru sekali dan jadi kenangan masa kecil yang sangat menyenangkan :)
Bandung mulai menjadi kota tempat tinggal dan bukan sekedar tempat mudik pada tahun 2005, ketika kumasuki dunia perkuliahan di kampus gajah tercinta. Walaupun aku sering sekali datang ke Bandung, tapi rasanya sangat berbeda dengan ketika tinggal di tempat kos bersama dengan teman-teman satu SMA yang sama-sama masuk ITB. Masih teringat bagaimana rasa dinginnya Bandung ketika pertama kali masuk kampus untuk mengikuti OSKM, bercampur antara hawa Bandung pagi hari yang memang dingin dan juga tatapan dingin para kakak tingkat. Bandung yang penuh warna, tempat belajar untuk mandiri dan bertahan hidup. Tempat untuk berteman dengan banyak orang dan banyak latar, dan juga bermain,berjalan-jalan dan berpetualang dengan teman-teman di kampus. Maklum, sewaktu SMA cuma kenal sekolah-tempat les-rumah :p
Di kota ini pula lah aku memulai kehidupanku dalam berumah tangga 11 tahun yang lalu. Pak suami -yang seangkatan dan sejurusan- kebetulan orang Jawa yang tinggal dan besar di Bandung. Keluarga besarku pun banyak yang tinggal di Bandung sehingga kami putuskan untuk menikah dan resepsi di Bandung. 'Rumah' pertama kami berada di kota ini. Rumah kontrakan sederhana yang menjadi saksi LDM bertahun-tahun, haha. Rumah ini juga menjadi tempat kami pulang bersama dengan Kakak yang baru lahir 8 tahun lalu. Walaupun sekarang rumah tersebut sudah dirobohkan, tapi kenangannya tetap di hati.
***
Balikpapan
Semenjak Pak suami pulang dari Perancis dan mulai bekerja di kota minyak ini sekitar tahun 2013, kami memulai LDM domestik selama hampir 5 tahun. Lumayan, beda waktunya hanya 1 jam dengan di Bandung ataupun Jakarta. Di kota ini kami mulai dari Nol -seperti slogan sewaktu sehabis mengisi bensin- mulai dari tinggal di tempat kos-mengontrak-sampai alhamdulillah tinggal di 'Rumah' pertama kami sendiri.
Balikpapan kota beriman merupakan kota yang sangat nyaman untuk ditinggali. Kebanyakan warga yang tinggal di Balikpapan adalah warga perantau yang pindah ke kota ini karena bekerja. Kota ini sendiri tidak terlalu besar, namun cukup lengkap untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Memang mall yang ada di Balikpapan tidak sebanyak seperti di Jakarta ataupun Bandung, namun seperti kebanyakan kota pesisir lainnya, para warga banyak yang memilih untuk menghabiskan akhir pekan di pantai-pantai seperti Pantai Patra, Kemala, Batakan dan Lamaru, atau di lapangan Merdeka yang selalu ramai. Bagi keluarga kami sendiri, tinggal di Balikpapan sungguh less-stress dibanding dengan kehidupan di Bandung ataupun Jakarta, dimana lalu lintas tidak sepadat itu dan juga letak antar lokasinya yang tidak jauh. Yang pernah tinggal di Balikpapan pasti merasakan bagaimana nyamannya kota ini dan akan terkesan dengan kota yang jalan-jalannya sangat bersih.
IKN atau ibukota negara baru juga rencananya akan ditempatkan di Samboja, yang otomatis Balikpapan akan menjadi kota atau gerbang masuk untuk menuju IKN. Seiring dengan itu, pembangunan di kota Balikpapan pun semakin maju pesat dan semakin lengkap. Jangan salah dengan pemikiran 'Kalimantan itu cuma hutan', asal tahu saja bahwa biaya hidup di kota Balikpapan itu mahal, hampir setara Jakarta (atau bahkan lebih mahal ya?) yang bahkan diriku terkaget-kaget sewaktu pertama kali ke Balikpapan dan berbelanja sayuran. Pernah yang kuingat, satu ikat sayuran hijau mencapai harga 20ribu di pasar.
Walaupun Balikpapan memang merupakan kota perantauan kami, tapi bagi kami Balikpapan selalu menjadi rumah bagi kami, apalagi bagi si Adek yang lahir di kota ini. Si Anak Kalimantan, hehe.
****
Bekasi
Akhirnya, kembalilah aku ke kota ini. Walaupun Bandung adalah kota kelahiranku, tapi di Bekasi ini lah kuhabiskan masa kecil sampai SMA di rumah orang tuaku. Walaupun aku lebih suka bilang bahwa rumahku di Jakarta (jika yang bertanya adalah orang dari luar jakarta) atau Cibubur (jika yang bertanya adalah orang Jakarta), tapi secara administratif, rumah orang tua masuk dalam Kota Bekasi. Setelah kutinggalkan untuk kuliah 2005 silam, tahun 2021 kami kembali ke kota ini.
'Rumah' yang sekarang menjadi rumah kami berada persis di seberang rumah orang tuaku. Walaupun suasana di Cibubur sudah jauh berbeda dengan banyaknya pembangunan dan perkembangan di sana-sini, rasanya komplek rumahku ini masih sama suasananya dengan ketika aku masih kecil dulu. Alhamdulillah yang dulu kulakukan sekarang dilakukan oleh anak-anakku, yaitu bermain bersama dengan teman-teman di jalanan depan rumah.
****
Inilah ceritaku tentang daerah asalku untuk Tantangan Blogging Mamah Gajak Ngeblog bulan Juli ini. Semua yang terjadi di kota-kota tersebut turut serta membangun diri menjadi diriku sekarang ini. Semua menjadi 'Rumah' bagiku dan keluargaku, dengan perannya masing-masing :)
Back to Basic ya Teh... ehh back to Bekasi.
ReplyDelete3 kota yang punya kesan masing-masing ya Aity. Jadi paling suka tinggal dimana?
ReplyDeleteTeh Aiti, sepertinya kita perlu bikin geng "Mamah MGN yang pernah tinggal di Balikpapan", bersama Teh Sistha dan Mamah May ehehehe.
ReplyDeleteMungkinkah dulu kita pernah bersimpangan Teh ihihihiiiy. Pas lagi di Fantasy Mall atau e-walk mungkin ehehe.
Dulu tinggal di area mana Teh Aiti?
***
Tulisannya sangat heartwarming Teh. :) Ketiga kota tersebut memiliki porsi yang sama di hati ya Teh.
Pas banget 3 kota B semua. Apakah inisial ini jadi kriteria kl misal mau pindah lagi? 🤔😄
ReplyDelete