Tak ada yang tahu kapan cinta itu datang. Tak ada yang tahu juga dimana, dan dengan cara bagaimana cinta itu muncul. Dan sayangnya, tidak ada yang bisa menolak ketika cinta itu telah datang.
Begitu juga dengan Tia.
Dia tak pernah menyangka bahwa di sore yang biasa itu, pada percakapan yang biasa itu, panah cinta telah melesat menghujam hatinya yang memang telah lama tidak terhujami.
'Hai, Ia! Lagi ngapain sore-sore gini jalan sendirian di kampus?'
Tepat ketika shutter kamera yang tengah dibidiknya menangkap gambar seekor kucing yang tengah berlari berkejaran di taman kampus. Tia menoleh. Ternyata Aldi, tersenyum.
'Hai, Di! Lagi iseng foto-foto aja nih, enak abisnya udaranya buat jalan-jalan sore,'
balas Tia sambil balik memperlihatkan senyumnya yang lebar. Lanjutnya, 'Kamu sendiri, lagi ngapain Di? Belum balik?'
Aldi adalah teman seangkatannya di kampus. Berbeda jurusan, tapi pertemanan mereka semenjak tingkat pertama kuliah terjalin karena hobi mereka yang sama, fotografi.
'Abis main basket di lapangan, Ia. Kamu tadi lagi foto apa? Liat dong!'
dan dengan segera tangan Aldi mengambil kamera yang sedari tadi hanya dipegang oleh Tia semenjak dimulainya percakapan ini. Gambar kucing, pohon, bebatuan, dan banyak gambar lainnya hasil bidikan tia sore itu dilihat satu-persatu oleh Aldi.
'Hahaha, aku ga nyangka ternyata kampus kita ini bisa ngehasilin foto-foto bagus kayak gini ya. Bagus juga kamu ngambil anglenya,'
kata aldi sambil terus memperhatikan foto-foto itu. Tia, dengan tergelak menjawab sambil merebut kembali kamera miliknya.
'Yeeee, ngeremehin aku. Emang kamu doang yang bisa ngefoto bagus..'
Seperti itulah hubungan mereka. Terikat dalam suatu pertemanan yang bahkan tak menyadari bahwa awal dari rasa suka itu ada. Terutama Tia.
No comments:
Post a Comment