Semenjak sore hari di taman kampus itu, ada yang berubah.
Berubah pada Tia, dan mungkin berubah pada Aldi.
Yang jelas, frekuensi percakapan mereka meningkat dengan tajam.
Tak ada hari yang terlewat dengan obrolan tak-tentu-arah khas gaya bicara mereka, walaupun sampai sekarang, mereka belum bertemu lagi di kampus.
Dan yang jelas lagi, Tia jadi lebih sering tersenyum.
Dan hari ini, Aldi menjemput Tia di depan rumahnya. Percakapan di pagi hari tadi yang akhirnya membawa Tia membereskan perlengkapan fotografinya ke dalam satu tas ransel besar ini tampaknya sukses membuat Tia tersenyum sangat lebar. Bukan hanya karena memfoto adalah hobinya, tapi karena Tia sangat menyukai pantai dan air. Tapi ada satu rahasia kecil Tia pagi ini: yang membuat senyumnya semakin lebar hari ini adalah karena Aldi. Ya, Aldi.
'Hai, Di! Udah nunggu lama disini?'
Kata Tia sambil membuka pintu mobil duduk di samping Aldi yang duduk di belakang setir.
'Baru kok. Eh, kita jemput temen-temenku dulu di kampus terus baru kita langsung pergi ya. Tapi kamu udah makan siang belum? Kalau belum, kita makan siang dulu aja yuk, jangan sampai kamu ngga makan..'
Aldi bertanya sambil menatap Tia yang baru masuk ke mobil.
'Aneh. Tatapan Aldi aneh. Ngga biasanya dia ngeliat aku selekat itu. Dan nada bicaranya itu? Khawatir? Ah, mungkin hanya perasaanku saja. Mungkin itu hanya kamuflase untuk ngajak aku makan padahal sendirinya dia yang lapar,' pikir Tia
'Udah kok tadi makan siangnya. Emangnya kamu belum? Kalau belum, yuk makan siang dulu. Nanti kamu ga konsen nyetirnya lagi gara-gara kelaperan..hehehe'
'Aku udah kok, ini udah kekenyangan. Aku cuma ngga mau aja kalau kamu belum makan Ia, nanti kamu malah sakit lagi kan kita mau angin-anginan di pantai. Kalau gitu, kita pergi sekarang aja yuk.'
Jadi, yang tadi itu apa? Betul-betul khawatir?
No comments:
Post a Comment