nice point of view dari salah satu pekerja di industri nyata.
*****
Efek dari Harga Minyak Bumi
Jika ada anggota DPR di luar sana, atau orang yang merasa cukup pintar untuk menghitung bahwa kenaikan harga minyak bumi tidak perlu berimbas pada kenaikan BBM, maka gue ingin mengajak semua orang ini untuk bekerja di industry transportasi.
Dua belas hari lagi dari sekarang gue akan sudah bekerja 11 tahun di perusahaan transportasi kapal laut terbesar di dunia. Di tahun 2008, gue dibangunkan dari tidur dan dihadapkan pada 1 realitas. Ketika harga minyak bumi naik dari $80 ke $100 per barrel, harga bunker kita (bunker = bensin untuk kapal laut) naik juga. Naik ke tahap di mana kami mulai mecat-mecatin orang. Antara 2008-2009, gue mengalami 3 kali perampingan perusahaan. Itu sebabnya gue gak pernah nulis lagi. Gue terlalu sibuk mengejar karir dan mencoba survive (Alhamdulillah sekarang surviving). Apakah gue menyalahkan company gue atas hal ini? Tidak. Company gue hanya berusaha bertahan hidup melawan kenaikan bunker price yang terjadi karena naiknya oil price ini.
Apakah ini terjadi hanya di perusahaan gue? Tidak. Industri transportasi penerbangan terkena lebih parah. Pertama mereka melakukan perampingan. Jutaan orang worldwide dari industry penerbangan kena PHK. Mereka yang survive tidak diPHK, harus mendapatkan potongan gaji 10-25%. Company gue yang mana adalah industry transportasi laut, tidak separah itu. Kita masih naik gaji. Kita masih dapet bonus. I am so very lucky.
Separah itulah dan selangsung itulah, efek kenaikan harga minyak bumi kepada hajat hidup orang banyak. Jadi kalo ada manusia yang ngerasa cukup pinter dan sotoy untuk ngitung-ngitung, sini lo, kerja bareng gue di industri transportasi. Sehari juga udah kena pecat kali.
Bagaimana Sih Korelasi Minyak Bumi Indonesia?
Fakta 1: Kita mengekspor minyak mentah dan mengimpor BBM (minyak jadi).
Fakta 2: perbandingannya, jumlah ekspor minyak mentah kita < jumlah impor BBM
Fakta 3: harga 1 barrel minyak mentah < harga 1 barrel BBM. Perbandingannya jauh pula. 2:3 atau 1:2 sekarang.
Banyak anggota DPR yang bilang, kalo harga minyak bumi naik, Indonesia sebenarnya untung. Well, no. karena kita mengimpor BBM > ekspor minyak mentahnya. Jadi ketika harga minyak bumi naik, harga BBM juga naik. Ini yang anggota DPR luput untuk pikirkan.
Kenapa subsidi BBM harus dikurangi?
Sekarang ambil 2 asumsi.
Asumsi 1: perbandingan jumlah ekspor import kita 2:3
Asumsi 2: perbandingan harga minyak bumi vs BBM jadi 2:3 juga (ada yang bilanmg udah 1:2 malah).
Asumsi 3: Jika harga minyak bumi naik 10%, katakanlah harga BBM jadi yang kita beli juga naik 10% (padahal sebenernya nggak. Naiknya eksponensial).
Liat aja matematikanya.
neraca awal = harga x jumlah = 2×2 (ekspor) : 3×3 (impor) = 4:9 (belum apa-apa, pemerintah jebol 4-9 = 5)
Harga setelah kenaikan 10% jadi: 4.4 : 9.9 (pemerintah jebol 0.5)
Setiap kenaikan 10%, pemerintah jebol 0.5. Nah kebayangkan kalo naiknya lebih dari 10%.
Penambahan ini lah yang pemerintah gak sanggup lagi untuk subsidi.
Apakah Benar Pemerintah Gak Sanggup Subsidi?
Sanggup sih. Yang gak sanggup adalah men-subsidi penambahan harga yang terjadi akibat kenaikan harga itu. Jika kenaikan harga ini selalu diimbangi dengan penambahan subsidi, maka akan tersisa lebih sedikit uang untuk pembangunan infrastruktur. Lama-lama, ekstrimnya bukan ga mungkin semua anggaran habis untuk subsidi.
Apakah Ada Cara Lain Selain Menurunkan Subsidi BBM?
Jawabannya, ya dan tidak.
Untuk jawaban ada, apa saja solusi lain itu?
Pertama: Efisiensi anggaran. Bagi kalian yang pernah baca kompas, subsidi BBM dan listrik + belanja gaji PNS = 60% APBN. Hanya tersisa 40% untuk pembangunan infrastruktur dan perkembangan bangsa. Mohon maaf bagi pembaca yang PNS tapi harus diakui, kalian itu jumlahnya kebanyakan. Apakah ini salah kalian? Tidak kok. Salah pemerintah jaman ORBA yang memaksa menyerap PNS gede-gedean dulu. Kita bisa memertahankan subsidi BBM jika jumlah PNS dikurangi dan dibuat efektif. Mungkin 60% dari jumlah sekarang. Agenda ini sudah dipush sekuat tenaga oleh Agus Marto, menkeu kita sekarang. That’s a good start.
Tapi apakah ini gampang? Ini akan susah. Sebagian dari kita pasti tahu bahwa saking enaknya jadi PNS, banyak orang termotivasi menjadi PNS karena benefitsnya. Sampai-sampai, orang yang gak punya koneksi, bersedia nyogok 20-80 juta per kursi. Orang yang punya koneksi, menitipkan saudaranya untuk menjadi PNS. Merampingkan jumlah PNS tidak bisa dalam 1-2 hari. Sedangkan minyak bumi bisa naik dari $80/barrel jadi $120/barrel dalam 2 hari. Good luck fighting that one.
Kedua: Berantas korupsi di mana-mana. Gayus punya asset 100 milyar dari hasil penggelapan pajak. Yang mana jika semua perusahaan yang Gayus tangani bayar pajak semestinya, negara bisa mendapatkan trilyunan. Apakah hanya Gayus saja? Itu kemarin ada Dhana. Kemarin lagi ada Bahasyim Asyafii yang punya asset 800 milyar. Itu dari sektor pajak aja. Anggota DPR juga gitu. Setiap kali daerah minta dana untuk membangun jembatan atau jalan, badan Anggran meminta fee antara 4-6% atau bahkan 10% dari nilai permintaan. Gue pernah denger cerita miris bahwa ada bupati yang tidak memiliki cara lain selain menyuap anggota DPR untuk mendapatkand ana untuk membangun daerahnya. Caranya? Miris. Sang bupati sampe harus meminta uang pada anak-anak buahnya. Salah satu anak buahnya, sampai mencairkan deposito mertua. Orang baik pun dipaksa jadi jahat untuk mendapatkan uang dari badan anggaran. By the way, Bahasyim, Gayus dan Dhana itu aktif di masa pemerintahan menteri mana? Sri Mulyani.
Ketiga: Gunakan APBN yang tersisa untuk membangun infrastruktur energy terbarukan, atau bangun PLT dengan tenaga batu bara. Contohnya:
- Pastikan setiap lampu fasilitas umum memiliki energy dari solar panel. Bupati Sarmi, Eduard Fonataba di Papua membuat terobosan di mana dia menggunakan APBDnya untuk menginstall solar panel di setiap rumah warganya, gratis. Multiplier effectnya:
- Rakyat Sarmi yang tadinya membeli solar untuk menerangi rumahnya, sekarang memiliki energy gratis dari matahari. Tiba-tiba daya beli rakyat papua meningkat karena uang yang tadinya habis untuk solar, mereka dapat tabung dan belikan seragam untuk anak-anak mereka.
- Sekarang ini 51% energy yang PLN gunakan sudah berasal dari batu bara karena solar sudah terlalu mahal. Ini adalah langkah pemerinta yang sangat smart. Entah apakah ini ide Jusuf Kalla, SBY atau Dahlan Iskan.
- Bangun PLT panas bumi (PLTG = pembangkit listrik tenaga geothermal). Tenaga panas bumi adalah gratis dan satu lagi karunia Tuhan pada negara Indonesia. Kita hanya perlu mengharnessnya. Dulu Jusuf Kalla pernah marah-marah pada seseorang karena orang itu gak mau memberikan jaminan untuk proyek pembuatan sebuah PLTG. Tau siapa orang itu? Sri Mulyani.
Untuk tenaga angin ini, gue baru tahu bahwa Indonesia adalah lokasi pertemuan dua angin besar dari hamparan samudera pasiik dan hindia. Keduanya bertabrakan di Indonesia sehingga saling membatalkan. Artinya kecepeatan anginnya sangat rendah dan tidak cukup untuk membangun energy. Cuman ya, ada beberapa daerah di Indonesia (baca pesisir pantai) yang mendapatkan angin kencang konstan sepanjang tahun. Itu lumayan banget.
Keempat: Bangun lebih banyak kilang refinasi. Deangan begini, kita bisa mengurangi BBM jadi dan hanya membeli minyak mentah. Dengan begitu, kita lebih hemat. Sekarang ini kan kita harus menjual 3 barrel minyak mentah untuk membeli 1-2 barrel BBM jadi. INi karena kilan refinasi kita gak cukup banyak. Kalo banyak, maka minimal rasionya bisa lebih seimbang, jadi 1 barrel minyak mentah ekspor untuk mengcover 1 barrel minyak mentah impor.
Kemudian timbul pertanyaan, kalo sudah cukup banyak refinasi, kenapa sih kita harus masih ekspor dan impor minyak mentah? Itu karena karakteristiknya beda-beda. Contoh: minyak bumi dari tanah Amerika hanya cocok untuk menghasilkan minyak jadi kualitas rendah yang cocok untuk kapal laut. Sedangkan minyak dari Libya, sangat bagus sehingga hanya butuh 1 kali refinasi untuk menjadi BBM (kepada teman-teman oil engineers, correct me if I’m wrong here…)
Kelima: Mengurangi subsidi BBM. Ini adalah solusi yang paling cepat dan bagus karena dua factor:
- Bagus karena minyak bumi bisa naik dalam 1 hari. Sedangkan 4 solusi pertama butuh 5-10 tahun untuk membuatnya.
- Bagus asalkan hasil dari pengurangan subsidi ini dipakai untuk membangun 4 opsi pertama. Dan in lah niat pemerintah.
Tapi itu dia masalahnya. Partai politik menggunakan isu ini untuk memerlihatkan pada rakyat bahwa mereka membela rakyat. Maklum, pemilu capres 2 tahun lagi. Di depan TV dan kamera mereka tampak membela rakyat hari ini.
Masalahnya adalah, dengan tidak adanya pengurangan subsidi, ada lebih sedikit uang di APBN untuk membangun infrastruktur energy yang gue paparkan. Efeknya, guenya sih enak. Tapi anak cucu gue? Mereka suatu hari akan menjadi budak minyak bumi dan berkata, “iya, ada orang tolol di jama bokap gue yang gak mikir jauh ke depan…”
Mau anak kita ngomong gitu?
Mau berantas korupsi dulu sebelum cabut subsidi BBM? Itu belasan tahun aja gak beres-beres kok. Gus Dur gak bisa. Mega gak bisa. SBY gak bisa.
Mau bangun kilang refinasi, PLTG, bangun kincir angin sebelum cabut subsidi BBM? Pertama, itu butuh 3-5 tahun. Bangun kayak gituan gak bisa besok selesai. By the time we build it, Subsidi sudah makin parah.
Mau rampingkan PNS? Itu pertanyaan yang bagus tapi butuh berbulan-bulan prosesnya, jika tidak bertahun-taun. Belum lagi pasti ini dipolitisir sama anggota DPR atas nama yang sama dengan menahan cabutan subsidi BBM. Yaitu, “Atas nama Rakyat”.
Mencabut subsidi BBM bukan satu-satunya opsi. Tapi kenaikan harga minyak bumi itu nyata. Benar-benar nyata. Dan opsi-opsi lain yang ada di meja, makan tahunan sebelum efeknya kita rasakan.
Apakah gue suka dengan SBY? Gue menilai dia lambat dalam memberantas korupsi, so, no, gue gak suka. Tapi u know what? Gue lebih percaya pada SBY + menteri-menterinya seperti Dahlan Iskan, Gita Wirwayan, Agus Marto ketimbang anggota-anggota DPR yang tidak pernah tulus membela rakyat. Setidaknya pemerintahan kali ini terlihat ketulusannya. Liat SBY, meski gua gak suka dengan kelambanannya, dia masih santun. DAlam pidato BBMNya, udah dikebiri sama DPR, masih bilang terima kasih. Anggota DPR bisanya apa? Melancong dengan biaya 5 milyar per trip (bawa istri pula), pulang-pulang minta bancakan ke setiap bupati. Elo mau percaya sama orang kayak gitu? Mana yang elo lebih percaya? Gue sih pemerintah.
Rgds.
No comments:
Post a Comment