Saturday, October 13, 2012

Hei, kamu (5)

Dengan cepat, deru ombak menyapu bibir pantai yang kecoklatan, menghilangkan jejak langkah orang-orang yang bertelanjang kaki.
Cuaca yang bersahabat, dipadu dengan panorama yang sungguh memanja mata.

Tia bukannya tidak ingat dengan perasaan anehnya sewaktu memulai perjalanan ini. Ia hanya tidak mau untuk berharap. Berharap sesuatu yang, mungkin, itu hanya perasaannya saja. Tapi tak dapat dipungkirinya, rasa ingin tahu itu ada. Untuk tahu bahwa apa yang dipikirkannya itu nyata, atau memang hanya ilusi hatinya saja.

'Aldi, Tia, mau kelapa mudanya ngga? Punya kalian belom pada dimakan nih, kalo ngga mau, gw minum yaaaaa!' 

Teriakan Doni memecah kekhusyukan Tia dan Aldi yang sedari tadi memainkan ombak, mencoba untuk mengambil sisi lain dari laut untuk dimasukkan dalam kamera kesayangan mereka. Di depan kamera, mereka memang seakan lupa waktu. Tak kurang dari ratusan bidikan sudah tersimpan di memory card mereka. Padahal, teman-teman yang lain sudah dari tadi istirahat dibawah teduhnya pohon kelapa sambil menikmati sejuknya angin pantai sore itu.

'Dasar rakus lo don, bukannya lo udah minum 2 biji tu kelapanya? Masih kurang juga? Hahahaha,'

 Doni, si tubuh gembul yang sekarang sudah memegang kelapa milik Aldi, ikut tertawa terbahak bersama Angga dan Tama.

'Tia, yuk makan kelapa dulu, sebelum diabisin sama si Doni tuh..' ajak Aldi

Tia yang tersenyum-senyum melihat kelakuan cowok-cowok itu mengangguk dan bersiap mengambil sendalnya yang ditingggalkannya di pasir.

Tapi tiba-tiba ia terhenyak.

Aldi, setelah anggukan kecil Tia barusan, langsung menggenggam tangannya dan mengambil sendal Tia membawanya serta ke tempat anak-anak beristirahat.
Tia, yang pikirannya langsung dipenuhi oleh berbagai pertanyaan, hanya menurut mengikuti Aldi.

'Apa ini? Ada apa ini? Kenapa dia ngajak duduknya sambil megang tangan aku? Dan kenapa aku deg-degan gini. Oke, tenang Tia. Ini hal yang biasa banget kok. Dia cuma ngajak duduk kok. Ga ada maksud lain. Tenang, tenang.' Percakapan dalam diri Tia yang muncul untuk menenangkan pikiran. Menangkan debaran hatinya.


'Mana kelapa gw Don? Belom sempet lo makan kan?'
 
Seringai Aldi sambil mengambil kelapa dari tangan Doni. Dia mengambil satu kelapa lagi yang sudah disiapkan pemilik warung dan duduk di samping Tia.

'Ni, kelapanya kamu, Ia. Kamu pasti haus kan udah panas-panasan di pantai dari tadi?'

Aldi tersenyum sambil menyerahkan kelapa utuh ke tangan Tia. Tia balas tersenyum. Dia belum sepenuhnya menuntaskan percakapan dalam dirinya tadi.

'Makasih, Di..'




No comments:

Post a Comment